Nataconnexindo.com,
Tangerang – Seorang konsumen
membeli sebuah produk tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja. Banyak
faktor yang mendorong seorang konsumen membeli sebuah produk. Salah satunya
adalah faktor psikologis. Di sini, kita akan membahas soal sebuah trik
psikologis yang dimanfaatkan dalam dunia marketing.
Dalam strategi marketing, warna tombol call to action dalam
sebuah landing page dapat memberikan pengaruh yang besar pada tingkat
konversi. Sehingga, hal-hal kecil dan detail paling banyak diperhatikan oleh
banyak pakar marketing. Jika disebutkan satu persatu detail mana saja yang akan
mempengaruhi tingkat konversi atau penjualan tentu saja tidak akan cukup
dibahas dalam sebuah artikel saja.
Namun, ada kalanya ketika Anda sudah
berpikir lama dalam menentukan bentuk dan warna tombol Click to Action (CTA)
untuk landing page sebuah program promosi baru, hasilnya ternyata tidak
begitu maksimal. Hal inilah yang menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh
para pakar pemasaran.
baca juga: 6 Tips Digital Marketing untuk Properti Paling Jitu
Tidak adanya formula definitif yang
bisa digunakan untuk meningkatkan penjualan, pun tidak pastinya berbagai
formula yang sudah ada pada untuk diterapkan secara efektif ke berbagai keadaan
menyebabkan situasi seorang pemasar menjadi tidak menentu. Karena tidak ada satu
pun rumus canggih yang pasti menghasilkan buah yang manis pada semua situasi.
Namun, masih tetap ada pelajaran yang
bisa diambil dari berbagai strategi yang ditawarkan oleh banyak pakar
pemasaran. Termasuk salah satunya adalah nudging. Pemasaran yang menggunakan
taktik nudging adalah taktik pemasaran yang memanfaatkan sisi psikologis
calon konsumen.
Apa Itu Nudge
Marketing?
Nudge marketing bisa dikatakan sebagai teknik marketing yang
memancing respon psikologis calon konsumen tanpa disadarinya. Dengan menggunakan
nudge marketing, seorang
calon konsumen tanpa sadar akan melakukan apa yang diminta oleh seorang
pemasar.
Nudge marketing memanfaatkan teori yang lahir dari behavioral
economics. Di ambil dari buku Richard
Thaler and Case Sunstein, nudge didefinisikan sebagai modifikasi
dari suatu hal yang dapat merubah kebiasaan seseorang tanpa memaksa atau
melarang opsi apapun.
Untuk mengilustrasikan apa itu nudge, bayangkan di sebuah toilet
umum pasti terdapat toilet pria dan toilet wanita. Kita akan berfokus pada apa
yang terjadi pada toilet pria. Toilet pria menggunakan toilet bowl sebagai
tempat pengguna membuang hajat buang air kecilnya. Namun, di toilet pria
terkadang banyak urin yang berceran bahkan keluar dari toilet bowl
sehingga menimbulkan kesan kotor dan bau tidak sedap. Tentu saja hal ini adalah
hal yang tidak baik bukan?
Sekarang bagaimana cara Anda
menyelesaikan permasalah tersebut? Mungkin Anda akan menempelkan papan larangan
yang bertuliskan “dilarang kencing sembarangan” atau papan pengumuman yang
bertuliskan “jagalah kebersihan” tapi akankah hal tersebut efektif? Di beberapa
tempat mungkin efektif, tapi di sebagian tempat papan pengumuman dan larangan
tersebut terbukti tidak efektif.
Nah jika Anda ingin menggunakan nudge, maka
Anda cukup menempelkan stiker lalat kecil di dalam toilet bowl pria.
Tanpa larangan dan tanpa pengumuman, cukup menempelkan stiker lalat yang
berukuran selayaknya lalat biasa di dalam toilet bowl tempat kencing pria yang mudah
terlihat jika seseorang sedang buang air kecil.
Hasilnya, kebanyakan dari pria akan
mencoba mengarahkan air kecingnya untuk “menembak” si lalat. Hasilnya,
tidak ada lagi air kencing yang tercecer. Toilet menjadi bersih dan terawat.
Mengapa demikian? Karena ada dorongan
dari dalam diri pria yang sedang kencing untuk “menembak” si lalat dengan air
kencing. Hal inilah yang disebut dorongan psikologis dari dalam diri seseorang.
Stiker lalat kecil itulah yang disebut
sebagai nudge. Sebuah modifikasi kecil yang dapat merubah perilaku
banyak orang. Dalam dunia marketing, nudge sudah dimanfaatkan sebagai
salah satu taktik untuk meningkatkan konversi dan penjualan.
Nudge Marketing
Nudge marketing telah banyak diterapkan dalam dunia
pemasaran. Salah satu contoh penggunaan nudge yang baik dapat dilihat
dari penggunaan notifikasi ketika Anda ingin membeli produk Pimkie di website-nya. Ketika Anda mengklik sebuah produk, maka
akan muncul notifikasi kecil yang berisikan jumlah orang yang telah melihat
produk tersebut. Hal ini secara tidak sadar akan memberikan kesan bahwa produk
tersebut merupakan produk populer sehingga bagi pembeli yang ragu akan semakin
yakin dengan pilihannya.
Salah satu contoh lain dari marketing
nudge adalah dengan menampilkan dua harga pada satu produk. Misalkan sebuah
rumah ditawarkan dengan dua harga, harga normal Rp. 599 juta dan harga diskon
Rp. 499 juta. Dengan menampilkan harga normal bersamaan dengan harga diskon
maka terjadi efek anchor pricing yaitu harga diskon yang terlihat bahkan
jauh murah dari harga aslinya.
Kesimpulan
Sebenarnya masih banyak nudge-nudge
lain dalam dunia marketing. Pemanfaatan nudge tersebut akan sangat
bergantung pada kreatifitas setiap pemasar. Namun, dengan memanfaatkan nudge
maka Anda akan mampu meningkatkan performa pemasaran secara signifikan tanpa
harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal. Selanjutnya, Anda hanya tinggal
berfokus kepada bagaimana mengatur pengelolaan keuangan bisnis Anda dengan baik
dan benar. (ADR).