Data Pribadi – Semakin tinggi penggunaan teknologi digital, maka semakin rentan keamanan data pribadi yang disimpan.
Hal ini diungkap oleh pakar Cyber Security Researcher and Consultant, Teguh Aprianto saat memberikan bimbingan melalui webinar bertema Cyber Security in Advanced Digital Era 2022.
Semakin meningkatnya keterampilan digital yang diiringi dengan peningkatan kapabilitas teknologi digital, isu keamanan data dan cyber security menjadi salah satu konsern utama yang harus diperhatikan.
Pasalnya, maraknya kebocoran data yang terjadi bahkan hingga ke tingkat pusat menunjukan lemahnya keamanan digital dibandingkan dengan ancaman digital yang ada di lapangan.
Oleh karena itu, Nata Connexindo, Digital Marketing Properti Indonesia akan merangkum tips dari Teguh Aprianto untuk mengamankan data pribadi Anda.
Tips Mengamankan Data Pribadi Agar Terhindar Dari Kebocoran
Teliti Dengan Penggunaan Data
Tingginya tingkat lalu lintas data membuat banyak orang sering terdistraksi dan bahkan kebingungan dengan masalah penggunaan data.
Menurut Teguh, setiap orang harus mulai menerapkan standar saat membagikan data pribadi ke pihak lain. Hal ini menjadi salah satu potensi kebocoran data yang amat sering terjadi.
Oleh karena itu, Teguh menyarankan agar masyarakat lebih hati-hati dan selektif dalam membagikan data-data pribadinya ke pihak ketiga.
Mengenal Cara Kerja Pelaku Pencurian Data
Berbagai insiden kebocoran data yang terjadi sejak 2022 yang lalu membuat banyak pihak khawatir dengan pertumbuhan para pencuri data atau yang biasa disebut sebagai hacker.
Untuk mengantisipasinya, menurut Teguh masyarakat harus mengetahui bagaimana cara hacker mencuri data.
Teguh menyebut data pribadi seperti nama lengkap, email, nomor HP, sampai tanggal lahir sebenarnya begitu mudah dicari. Terutama, ketika ada yang terdaftar di platform atau institusi yang mengalami kebocoran data tersebut.
Secara umum, Teguh menyebut ada tiga cara pelaku merampas akun korban. Pertama yaitu phishing. Ini artinya pelaku mengirimkan link tertentu ke korban dan memintanya untuk membuka link tersebut.
Ternyata, link tersebut palsu. Namun, link ini dibuat sedemikian rupa mirip dengan situs resmi dari perusahaan tertentu yang terkait dengan korban.
Kedua yaitu social engineering, di mana pelaku melakukan pendekatan ke korban seperti lewat telepon demi mendapatkan data pribadi. Lalu ketiga password guessing, di mana pelaku menebak-nebak data password di akun pribadi korban.
Membuat Password yang Aman
Cara ketiga adalah dengan membobol password. Menurut Teguh, modus ketiga pencurian data ini dapat dicegah dengan menggunakan password dengan tingkat kesulitan yang tinggi.
Contohnya, akun seseorang bernama Lydia yang lahir pada 11 Januari 1995 dan menyukai warna pink. Lalu, dia memasang password yang lemah yaitu lydia110195 atau lydialovepink. Maka hal ini akan dengan mudah dibobol oleh seorang pencuri data.
Sebaliknya, password yang aman harus menggunakan kombinasi huruf kapital di awal, simbol dan angka, contohnya SassygvrI$%^123, akan membuat password lebih sulit untuk dibobol.
Menggunakan Verifikasi Dua Langkah
Untuk mencegah kebocoran data, maka pengguna disarankan untuk memakai verifikasi dua langkah.
Pertama, masyarakat harus memastikan email yang digunakan ketika mendaftar akun tertentu adalah email dan nomor telepon yang valid serta bisa diakses. Lalu, lakukan verifkasi dua langkah.
"Bisa menggunakan aplikasi seperti Google Authenticator dan sejenisnya," kata Teguh. Lalu, menggunakan password yang aman.
Teguh pun memperingatkan agar jangan menyimpan password di tempat seperti notes atau dokumen dengan ekstensi .docx & .tct.
Jika tidak bisa mengingat banyak password, kata dia, maka bisa menggunakan aplikasi seperti 1Password atau Dashlane.
Dengan menggunakan berbagai langkah di atas, kebocoran data dapat dicegah sehingga masyarakat akan lebih aman dalam mengakses Internet karena data pribadi terlindungi dengan baik. (ADR)