Digital Marketing – Laju pertambahan pengguna internet Indonesia yang teramat pesat membuat digital marketing properti semakin dibutuhkan oleh Pengembang.
Pasalnya, hanya dalam satu tahun saja Google mencatat adanya kenaikan jumlah pengguna internet baru di Indonesia sebanyak 21 juta orang.
Artinya, rata-rata dalam satu tahun Indonesia memiliki 21 juta orang pengguna internet baru aktif menjelajah berbagai konten secara digital.
Kenaikan tersebut terutama didorong oleh pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi covid 19.
Akan tetapi, meskipun pandemi akan memasuki fase endemi kenaikan pengguna Internet diperkirakan akan tetap terjadi.
Pengembang yang hadir secara digital akan lebih mudah untuk menjangkau pengguna Internet secara tepat dan efektif.
Oleh karena itu, Nata Connexindo akan merangkum pentingnya digitalisasi pemasaran untuk pengembang properti.
Digital Marketing Selama dan Setelah Pandemi
Banyak hal yang berubah akibat pandemi COVID-19 termasuk perubahan dalam bisnis properti. Pola transaksi, preferensi, perilaku konsumen dan investor pun tak lagi sama seperti sebelum pandemi ini terjadi.
Transformasi cepat dalam peta bisnis properti juga dipercepat oleh tren Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pemanfaatan teknologi informasi menjadi sangat penting dalam transformasi tersebut.
Pemanfaatan teknologi informasi yang masif dan intensif tersebut diprediksi akan berdampak pada wajah bisnis properti pasca pandemi COVID-19.
Hal ini terlihat dengan jelas dengan bergesernya tren pencarian informasi melalui platform digital yang semakin pesat.
Akibatnya, Pengembang Properti terus terdorong untuk memanfaatkan channel digital untuk memasarkan propertinya.
Tidak hanya Pandemi yang mendorong perubahan tersebut, perubahan demografi juga menjadi kata kunci utama yang mempercepat perubahan tersebut.
Hasil riset Tren Pasar Properti semester I-2021 yang dilakukan perusahaan pencarian properti Lamudi menyatakan, dalam lima tahun terakhir demografi pencari properti usia 25 sampai 45 meningkat.
Ketua Apindo Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar seperti dilansir dari Kompas.com memprediksi bahwa karena digitalisasi di segala bidang ini, maka sektor properti akan mengadopsi pemanfaatan digital dalam jangka panjang sehingga akan membuat “new normal” yang meledak pasca COVID-19.
Pemanfaatan digitalisasi ini akan mencakup kebutuhan analisa pasar melalui data center, kebutuhan aplikasi daring untuk saling terkoneksi antara pengembang dengan customer hingga pada digitalisasi pemasaran.
Namun menurut Sanny kebutuhan pasar yang akan meledak adalah data center. Terbukti dari transaksi-transaksi yang tercatat sebelumnya sebagian besar berhubungan dengan data center untuk keperluan logistik, otomotif, maupun manufaktur.
Di bisnis properti pun pemanfaatan teknologi akan booming karena pasar domestik Indonesia sangat melek dengan teknologi. Pasar ini selalu ingin tampil di depan dalam perubahan, serta rajib berselancar melalui Internet.
Hal ini diindikasikan oleh datangnya raksasa Amerika Serikat yang menanamkan modal sebesar Rp. 35 triliun untuk mengembangkan Amazon Web Services (AWS) di tiga kawasan industri yang ada di Indonesia.
Ketiga kawasan industri ini adalah Green Land International Center (GIIC) Kota Deltamas, Karawang International Industry City (KIIC), dan Suryacipta industrial City. Hal ini lah yang menguatkan tren pemanfaatan teknologi informasi di Industri Properti pasca COVID-19.
Sektor properti sempat diprediksi akan bangkit pada tahun 2020, tetapi hal tersebut terganjal oleh merebaknya COVID-19 yang menghantam Indonesia pada awal bulan maret lalu.
Hal ini memaksa pengembang untuk mengalihkan perhatian pada pemanfaatan digital engagement untuk tetap dapat melakukan penjualan. (ADR)