Nataconnexindo.com, Tangerang – Belanja
online telah menjadi gaya hidup baru masyarakat Indonesia. Kegemaran masyarakat
Indonesia belanja online terlihat dari salah satunya jumlah UMKM yang
menggunakan platform digital. Berdasarkan data BPS, 17% UMKM mulai menggunakan
platform digital untuk berjualan secara online. Jumlah ini akan terus
meningkat seiring dengan perubahan perilaku konsumsi masyarakat yang mulai
beralih ke belanja online.
Bahkan, pandemi Corona telah meningkatkan digitalisasi
UMKM. Tercatat sebanyak 45% UMKM telah aktif menggunakan media sosial sebagai
salah satu platform bisnis dan jualan mereka. Selain dari segi UMKM,
pertumbuhan e-commerce juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Selama 4 tahun terakhir, pertumbuhan e-commerce di Indonesia mengalami
pertumbuhan 500 persen.
Baca Juga: Mengapa Harus Digital Marketing
Pertumbuhan yang besar tersebut ternyata membuat
ekonomi digital Indonesia menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Peralihan perilaku dan penggunaan media ini memberikan dampak yang sangat
signifikan pada cara berbisnis.
Bank Indonesia menyebut nilai transaksi e-commerce
selama 2019 meningkat drastis. Jumlah transaksi di 14 e-commerce
terbesar di Indonesia mencapai Rp. 265.07 trilliun. Dibandingkan dengan jumlah
transaksi pada tahun sebelumnya sebesar Rp. 145.95 trilliun, peningkatan jumlah
transaksi tersebut terhitung tumbuh sangat pesat.
Melihat kecenderungan yang sangat pesat ke arah digitalisasi, memberikan pertanda
kepada bisnis untuk semakin memanfaatkan platform digital. Perubahan yang terus
terjadi dalam beberapa tahun terakhir akibat kemajuan teknologi memang
mengharuskan bisnis mengadaptasi cara baru dalam melakukan transaksi,
pemasaran, hingga produksi.
Bagaimana dengan industri properti? Industri properti
juga ternyata tak bisa lepas beitu saja dari alur perubahan yang sedang
terjadi. Apalagi, dengan meningkatnya daya beli generasi millennial yang
dikenal sebagai native digital menggantikan generasi sebelumnya yang
kurang akrab dengan teknologi digital.
Perlu diakui, perubahan target pasar yang sedang mulai
didominasi oleh generasi millennial memang membuat bisnis properti harus
merubah cara-cara lama dalam memasarkan
dan mendekati generasi ini.
Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah penduduk
Indonesia berusia 29,3 tahun. Jumlah penduduk muda ini menempati angka 68% dari
total penduduk Indonesia. Besarnya jumlah tersebut menjadikan generasi
millennial yang berusia antara 20 hingga 35 tahun merupakan penduduk mayoritas
dan produktif.
Oleh karena itu, bisnis properti harus dapat
memanfaatkan dan menggunakan teknologi secara natural dalam mendekati dan
memperkenalkan produknya pada generasi ini. Hal ini menjadi sangat krusial,
karena perubahan akan senantiasa berjalan dengan cepat sementara adaptasi
bergantung pada keterampilan internal masing-masing perusahaan properti.
Namun melihat karakteristik platform digital yang
beraneka ragam dan unik, adaptasi menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku
bisnis properti. Kecepatan adaptasi akan membantu bisnis mengikuti perubahan
yang namun disisi lain kecepatan adaptasi terhalang oleh bidang baru yang tak
pernah tersentuh sebelumnya.
Permasalahan tersebut dapat teratasi dengan keberadaan
agensi digital yang professional pada bidang tersebut. Adaptasi dengan
menggunakan jasa professional memang memberikan keuntungan bagi bisnis
property. Pertama,
kecepatan adaptasi yang baik, efisiensi waktu yang menjadi kunci kesuskesan dapat
dijawab dengan bekerjasama bersama partner professional. Kedua, menghembat
sumber daya seperti sumber daya manusia, tenaga, pikiran, dan tentu saja jumlah
dana yang diperlukan untuk membuat divisi baru, menghimpun sumber daya manusia
baru, membangun infrastruktur baru, dan menyiapkan skema kerja serta strategi
yang jitu.
Keberadaan agensi digital akan menjadi solusi bagi
bisnis properti di Indonesia untuk beradaptasi pada tantangan baru dari
perubahan yang sedang terjadi. (ADR).