Nataconnexindo.com – Tangerang, Perbincangan tentang dicovery generation menjadi hangat setelah
sebuah study Facebook dan Global
Consultancy Bain. Dalam laporan tersebut, Facebook memberikan gambaran besar landscape perilaku konsumen baru
di era digital. Disebutkan bahwa 70% konsumen Asia Tenggara menemukan (discover)
produk yang mereka inginkan secara online,
dan 54% diantaranya ditemukan melalui media sosial.
Hal ini secara garis besar menunjukkan bahwa mayoritas konsumen Asia Tenggara sekitar 625 juta jiwa telah menggunakan media digital untuk
berbelanja. Tren belanja online ini telah menjadi tren sebagian besar penduduk Asia Tenggara. Hal ini juga
merupakan kecenderungan yang membuat pelaku usaha harus
beradaptasi dan mulai mengadopsi strategi digital
marketing.
Baca juga: Riding the Digital Era, Facebook
Rilis Data Perubahan Perilaku Konsumen di Era Digital
Namun dengan fakta yang telah jelas tersebut,
hal yang perlu diketahui pertama kali sebelum memutuskan untuk mengadopsi
strategi digital marketing adalah
mengetahui siapa sebenarnya generasi penemu atau discovery generation
ini?
Siapakah Discovery Generation yang
membawa tren belanja online?
Bain & Company Singapore’s partner
Gwendolyn Lim mengatakan bahwa belanja online
tumbuh 3,2 kali lipat dari pertumbuhan digital consumer atau mereka yang
menggunakan internet untuk berbelanja. Namun Lim juga mengatakan bahwa
pertumbuhan ini bukan berarti penambahan jumlah individu yang berbelanja online, tetapi dari peningkatan jumlah
belanja seorang individu yang melakukan aktivitas belanja online. Rata-rata
jumlah belanja online selama satu
tahun dapat menembus angka 390 juta Dollar Amerika, jumlah yang sangat besar
dan diprediksi akan terus meningkat.
Facebook mendefinisikan discovery
generation sebagai “those whose purchasing habits are largery driven by
inspirational and opennes to digital discovery.” Artinya mereka yang
bergantung pada penemuan produk melalui media online dan cenderung terbuka kepada berbagai pilihan yang ada dari
produk yang sama. Pilihan tersebut dapat berarti brands, alternatif, dan
lain sebagainya. Anggota dari generasi ini adalah mereka yang belum mengetahui
apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara mendapatkannya. Lalu apa saja ciri-ciri
yang dimiliki oleh discovery generation ini? Facebook memberikan dua
ciri utama yang membedakan generasi ini dari pebelanja konvensional. Yaitu:
Discovery Generation terbuka terhadap berbagai brand baru.
Berbeda dengan conventional shopers
yang keputusannya dipengaruhi oleh offline engagement yang mengakibatkan
mereka sangat loyal terhadap satu brand. Discovery generation “menemukan” kebutuhannya melalui online
engagement, sehingga kehadiran outlet fisik dan offline engagementi menjadi
kurang bermakna. Hal ini dibuktikan dari data yang dirilis Facebook. Data
tersebut mengatakan bahwa 52% hingga 75% digital consumer bersedia untuk
membeli produk yang sama dari brand yang
berbeda. Kemudian 45% digital consumer Asia Tenggara
bersedia untuk berbelanja dari toko online
yang tidak pernah mereka dengar. Ada tiga pertimbangan yang mempengaruhi
keputusan mereka tersebut yaitu produk yang menarik, promosi, dan review
pengguna.
Discovery Generation selalu melakukan perbandingan saat belanja.
Ciri kedua dari discovery generation
adalah mereka terlibat dalam membandingkan produk dari berbagai vendor online, berbeda dengan conventional
shopers yang membandingkan produk dengan mengevaluasinya secara fisik.
Mayoritas discovery generation membandingkan sebuah produk dengan produk
lainnya secara online dan offline tanpa mengevaluasi produk fisik
atau datang ke tempat penjualan produk tersebut. Sebanyak 86% discovery
generation membandingkan produk yang akan mereka beli tanpa datang ke tempat
fisik dimana produk tersebut dijual, artinya kehadiran gerai fisik menjadi
kurang signifikan. Hal ini tentu menjadi tantangan bahwa produk dievaluasi
secara tidak langsung menjadi sebuah produk yang bergantung pada impresi secara online.
Fenomena ini menjadi tantangan tersendiri bagi
para pelaku usaha. Berbagai strategi permasalahan konvensional harus dilengkapi
oleh strategi digital marketing melalui konten-konten media sosial, website, dan iklan online. Oleh karena itu, menggunakan digital marketing menjadi keharusan bagi pelaku usaha untuk bertahan menghadapi tren baru di
masa depan. (ADR).