Nataconnexindo.com, Tangerang – Perkembangan pengguna internet yang pesat di Asia Tenggara yang beriringan dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di kawasan ini menarik perhatian dua raksasa internet dunia, Google dan Facebook. Kedua raksasa internet tersebut menilai bahwa kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan potensial yang sangat berharga bagi pertumbuhan ekonomi digital dunia.
Aktivitas ekonomi yang menggunakan teknologi digital memang sedang tumbuh hampir di seluruh kawasan Aisa Tenggara. Di Indonesia sendiri, aktivitas ekonomi secara digital mulai dari aktivitas marketplace, aktivitas pembayaran melalui aplikasi digital, hingga aktivitas konten kreator di semua jaringan media sosial sangat besar. Ekonomi digital adalah segala bentuk aktivitas ekonomi yang memanfaatkan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini termasuk kepada transaksi jual beli, marketing, dan lainnya yang dapat mempengaruhi perekonomian.
Oleh karena itu, Facebook dan Google berencana membuat proyek untuk menghubungkan kawasan Asia Tenggara lewat kabel bawah laut. Kabel ini aka menghubugnkan Singapura, Indonesia, dan Amerika Utara dan menambah kapasitas internet di kawasan ini.
Proyek yang dinamakan Echo and Bifrost ini akan menjadi proyek pertama dimana kabel fiber optic akan dibuka pada rute baru yang berbeda, melintasi Laut Jawa. Kedua proyek tersebut merupakan gagasan untuk menambah aksesibilitas dan memacu perkembangan ekonomi digital di ketiga kawasan tersebut.
Menambah Akses Internet Indonesia Bagian Tengah dan Timur
Proyek yang akan diselesaikan pada 2023 ini akan menaikan kapasitas akses internet di wilayah Indonesia Tengah dan Timur sebesar 70 persen. Proyek kabel serat optik sepanjang 3000 kilometer tersebut merupakan proyek pertama yang melintasi Indonesia. Selain itu, kabel tersebut akan menjadi kabel pertama yang menghubungkan Amerika Utara ke beberapa wilayah utama di Indonesia secara langsung.
Proyek ini dibangun melalui kemitraan dengan perusahaan telekomunikasi XL Axiata. Proyek ini juga dikerjakan bersama dengan Telin, anak perusahaan Telkom Indonesia dan konglomerat Singapura, Keppel. Pengerjaan kedua kabel itu menyusul investasi Facebook sebelumnya untuk membangun konektivitas di Indonesia, yang menjadi salah satu dari lima pasar teratasnya secara global.
Proyek ini menjadi sangat strategis mengingat wilayah Indonesia Tengah dan Timur yang masih sulit dijangkau oleh akses internet. Hasil survei oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2020 menunjukkan pengguna internet di Indonesia mencapai 73 persen dari 270 juta penduduk. Sedangkan daerah-daerah terpencil masih tetap tanpa akses internet. Facebook mengatakan tahun lalu akan membangun 3.000 kilometer serat optik di Indonesia di dua puluh kota. Pembangunan serat optik itu adalah tambahan dari kesepakatan sebelumnya untuk mengembangkan jaringan hotspot Wi-Fi publik. Selain proyek pembangunan kabel Asia Tenggara, kata Salvadori, Facebook juga melanjutkan rencana proyek bawah lautnya di Asia dan global, termasuk dengan Pacific Light Cable Network (PLCN).
Namun proyek tersebut masih harus mendapatkan persetujuan pemerintah Indonesia. Pemerintah sendiri tengah mengintegrasikan jaringan Palapa Ring untuk Indonesia Bagian Tengah dan Timur. Keberadaan Proyek tersebut menjadi salah satu peluang kolaborasi antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan teknologi global untuk menyediakan akses internet di seluruh kawasan Indonesia.
Apalagi perkembangan teknologi yang kian pesat mengharuskan masyarakat Indonesia untuk segera mengasah kemampuan literasi digitalnya. Terlebih, Indonesia tahun ini sedang mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam lima tahun terakhir. Tetapi pertumbuhan industri e-commerce justru semakin pesat di tengah perlambatan laju ekonomi Tanah Air.
Pada saat ini akses Internet merupakan salah satu kunci penggerak ekonomi. Pasalnya, kebanyakan pelaku bisnis e-commerce di tanah air memiliki unit usaha berskala kecil dan menengah (UKM). Sementara hampir 90% ekonomi nasional ditopang oleh UMKM. Namun, seperti yang kita ketahui, bisnis UKM menjadi usaha yang paling tahan banting di saat krisis ekonomi sekalipun. Melalui industri e-commerce, Rudiantara berharap dapat terus dikembangkan dan mendukung perekonomian Indonesia yang diprediksi menjadi kekuatan ekonomi baru. Oleh karena itu, akses Internet menjadi salah satu kebutuhan paling krusial yang harus segera diselesaikan baik oleh Pemerintah maupun melalui investasi pihak ketiga. (ADR).