Hadapi Deepfake, Twitter Akan Berlakukan Kebijakan Baru
Nataconnexindo, Serpong – Twitter tengah mempersiapkan kebijakan baru untuk mengatasi media sintesis dan dimanipulasi atau deepfake. Sebelun kebijakan itu diberlakukan, Twitter meminta masukan dari publik melalui sebuah survei dan cuitan.
Twitter menyiapkan tiga opsi terhadap konten yang dinilai dengan sengaja mencoba menyesatkan atau membingungkan orang. Opsi pertama, Twitter akan memberikan pemberitahuan di sebelah twit yang dinilai deepfake. Opsi kedua, memperingatkan orang-orang sebelum mereka membagikan atau menyukai cuitan semacam itu. Opsi ketiga, menambahkan tautan, misalnya, ke artikel berita atau Twitter Moment, agar orang-orang bisa mengetahui penyebab konten tersebut dianggap telah dimanipulasi.
Twitter memberikan gambaran soal konten yang dianggap sebagai media sintesis dan dimanipulasi. Aturan, layanan, dan fitur-fitur Twitter selalu berkembang berdasarkan perilaku baru yang dilihat pengguna di internet.
Twitter secara rutin berkonsultasi dengan para ahli dan peneliti untuk membantu perusahaan memahami masalah baru seperti media sintesis dan dimanipulasi. Twitter pun mendefinisikan media sintesis dan dimanipulasi sebagai foto, audio, atau video apa pun yang telah diubah secara signifikan, atau dibuat dengan tujuan menyesatkan orang, atau mengubah makna aslinya.
Twitter meminta pendapat publik soal kebijakan barunya untuk menangani deepfake tersebut. Survei sudah tersedia secara online dalam bahasa inggris, Hindi, Arab, Spanyol, Portugis, dan Jepang. Pengguna Twitter juga bisa memberikan masukan langsung melalui cuitan dengan menyertakan tagar #TwitterPolicyFeedback. Periode pemberian masukan akan tutup pada 27 November 2019. (EC)