Penipuan Online – Di era digital, banyak hal dapat dilakukan secara online. Mulai dari sekedar mencari hiburan hingga masalah keuangan dapat dengan mudah dilakukan dari gadget.
Oleh karena itu, kehati-hatian pengguna dalam melakukan transaksi dan kegiatan secara online harus selalu ditingkatkan.
Salah satu modus penipuan online yang paling sering digunakan adalah catfishing. Istilah catfishing sering terdengar dan tak asing bagi pengguna media sosial. Catfishing sendiri dikenal di media sosial sebagai penipuan identitas diri.
Dilansir dari laman PHYS, catfishing merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan seseorang yang menggunakan informasi palsu untuk membuat identitas baru di media sosial atau platform online lainnya.
Biasanya pemalsuan identitas tersebut berupa penggunaan foto yang diambil atau diedit dan informasi orang lain tanpa sepengetahuan pemilik asli dari data-data hasil curian tersebut.
Aksi penipuan ini tentunya memiliki motif tersendiri, misalnya pada media sosial yang paling umum adalah disebabkan oleh kurangnya tingkat percaya diri seseorang akan identitas asli yang mereka miliki.
Akan tetapi, tak sedikit pula yang melakukan aksi penipuan tersebut untuk merampas uang korban atau bahkan menculik orang lain.
Nah, Nata Connexindo Digital Marketing Properti Indonesia akan membagikan tips untuk mengenali fenomena catfishing.
Cara Mengenali Penipuan Catfishing di Internet
Catfishing merupakan fenomena penipuan yang paling sering terjadi dan menimpa seseorang di media sosial.
Menanggapi hal ini, aktivis Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Bentang Febrylian mengatakan ada beberapa ciri utama untuk mendeteksi penipuan online bermodus catfishing di internet.
Ciri pertama, jelas Bentang, pelaku umumnya menolak melakukan panggilan video atau video call. Mereka menghindari pertemuan tatap muka dan membatasi komunikasi hanya melalui chat serta panggilan suara.
"Jika menemukan hal-hal demikian, besar kemungkinan merupakan pelaku catfishing. Pelaku berperilaku seperti itu untuk melindungi identitasnya agar tidak terbongkar. Jadi, korban tidak akan tahu wajah pelaku yang sebenarnya," ujar Bentang.
Lebih lanjut, psikolog Dian Wisnuwardhani, memandang. Fenomena catfishing terjadi ketika orang tidak nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga pelaku tidak dapat menunjukkan pribadi aslinya tanpa penyamaran.
Mereka biasanya menggunakan foto orang lain untuk menjadi foto profil Facebook atau Instagram. Selain itu, jika menggunakan foto sendiri mereka akan menggunakan filter.
"Dari sudut pandang psikologi, ini disebut identity confusion. Jadi mereka bingung dengan diri mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan kepribadian orang tersebut," ujar Dian.
Maraknya penipuan online catfishing menjadi perhatian Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang kini mulai melakukan edukasi untuk melawannya melalui Gerakan Nasional Literasi Digitalisasi.
Sebelumnya pakar teknologi yang juga anggota dewan penasehat ICT Watch, Donny BU meminta publik untuk berhati-hati dengan penipuan online bermodus catfishing. Ia mengatakan penipuan jenis ini semakin marak terjadi. ADR