Nataconnexindo.com, Tangerang – Properti merupakan salah satu sektor yang ikut mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air. Bukan tanpa alasan industri properti memiliki dampak yang sangat signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Industri propeprti berkaitan dengan hampir 700 sektor industri lain mulai dari industri material bangunan, perproyekan, perbankan, bahkan hingga industri seperti kuliner yang membuka usaha dekat dengan lahan pengembangan properti.
Pentingnya sektor industri properti ini membuat Pemerintah Indonesia dan berbagai Stakesholder lainnya turut memikirkan rencana mendorong sektor ini keluar dari dampak Pandemi COVID-19. Salah satunya adalah dengan mengucurkan berbagai program stimulus mulai dari subsidi Bunga KPR, penghapusan PPN pada pembelian properti di bawah harga Rp 2 miliar, penurunan suku bunga acuan hingga pelonggaran FLTV hingga 100 persen atau DP rumah 0 persen.
Banyaknya stimulus yang dikucurkan pada industri properti membuat optimisme pada industri ini semakin meningkat. Terlebih lagi dari segi supply dan demand, banyaknya properti yang diselesaikan pada tahun 2021 dan tumbuhnya permintaan mejadi salah satu kunci tumbuhnya sektor industri properti.
Nah, setelah program-program insentif dan stimulus dikucurkan pemerintah bagaimana dampaknya pada industri properti? Ini dia kata Bank Indonesia (BI).
Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Untuk menghitung dampak sebuah kebijakan memang diperlukan berbagai kajian yang melibatkan ratusan bahkan ribuan faktor di dalamnya. Namun Bank Indonesia memberikan gambaran cukup sederhana dengan menunjukan dampak berbagai stimulus di sektor properti pada pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mencatat bahwa telah ada keberhasilan dari program stimulus untuk properti yang sudah digulirkan sejak beberapa waktu lalu. Salah satu dampak yang bisa dilihat adalah adanya pertumbuhan untuk kredit sektor properti. Kredit dan penjualan properti naik bukan hanya tipe di bawah 21 tapi juga tipe menengah atas. Tujuan dari stimulus adalah untuk merangsang daya beli masyarakat dan salah satu dampak yang diharapkan adalah munculnya daya beli masyarakat terhadap produk properti. Dengan adanya berbagai stimulus sekarang ini masyarakat berangsur-angsur mampu mulai beli apartemen dan perumahan.
Bank Indonesia (BI) juga mencatat, mulai ada kenaikan penjualan dan kredit properti terutama pada sektor perumahan di bawah harga 1,5 miliar. Sektor properti mulai membaik ditopang oleh meningkatnya penjualan rumah, khususnya tipe menengah oleh pembeli dengan tujuan investasi.
Berdasarkan survei BI, sebagian besar pembelian dilakukan menggunakan pinjaman dari bank dengan porsi mencapai 75,31%. Sementara pertumbuhan kredit properti meningkat dari 1,54% (yoy) pada September 2020 menjadi 3,01% (YoY) pada Januari 2021. Perbaikan yang banyak terjadi pada banyak segmen properti diikuti kualitas kredit yang terjaga. Karena jumlah kredit bermasalah atau NPL gross tetap terjaga rendah pada level 2,72%.
Hari ini, pemerintah dalam konteks ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua DK OJK Wimboh Santoso dan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa serta Ketua Komisi XI DPR RI Dito Ganinduto bertemu langsung dengan para bankir dan dunia usaha di Semarang, Jawa Tengah.
Ditopang KPR Perumahan
Pertumbuhan KPR yang terjadi selama tahun 2021 ini terus meningkat memasuki bulan April pasca pemberian berbagai stimulus dan insentif properti. Bank Indonesia dalam laporan uang beredar Januari 2021, mencatat kredit pemilikan rumah mencapai Rp521,2 triliun pada Januari 2021, atau tumbuh 3,6% secara yoy. Angka pertumbuhan itu meningkat dari pertumbuhan Desember 2020 sebesar 3,4% secara yoy.
Salah satu faktor pendorong dari pertumbuhan KPR ini adalah sektor properti perumahan. Menurut Bank Indonesia (BI) Peningkatan itu terutama didorong oleh peningkatan kredit KPR tipe 22 sampai dengan 70 di Banten dan Jawa Barat. Peningkatan kredit KPR sejalan dengan tren perbaikan kredit pada awal tahun ini. Sebelumnya, pertumbuhan KPR pada Desember 2020 sempat melambat, dari 3,6% secara yoy pada November 2020 menjadi 3,4% secara yoy.
Pertumbuhan yang terus berjalan stabil ini tidak lepas juga dari kerjasama berbagai pihak. Pertumbuhan yang stabil di awal tahun karena kerjasama yang baik antara perseroan dengan developer, agen properti, serta strategi cross selling yang kuat. Di samping itu, tren suku bunga simpanan yang terus menurun menjadikan investasi di sektor properti diyakini cukup menarik. (ADR).