Nataconnexindo.com, Tangerang – Pandemi COVID-19 membawa dampak yang cukup berat bagi sektor ekonomi termasuk sektor industri properti. Selama tahun 2020 yang lalu, sektor properti mengalami pelambatan yang sangat signifikan. Properti sangat bergantung pada daya beli masyarakat namun pandemi melemahkan daya beli masyarakat akibat ekonomi makro Indonesia yang juga sangat terpengaruh oleh Pandemi selama tahun 2020 yang lalu.
Pelemahan pada ekonomi secara makro tercermin dari pertumbuhan negatif 2,07%. Penurunan yang terjadi secara berurutan selama tiga quartal memaksa Indonesia untuk masuk ke fase resesi ekonomi. pengeluaran di sektor perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga pada tercatat hanya berkisar pada 0,35%. Padahal inflasi tahun kalender 2019 inflasi di sektor yang sama tercatat 1,75%. Hal ini tentu membuat banyak masyarakat menahan konsumsi dan mengalihkan dananya pada hal-hal yang lebih penting. Akibatnya terjadi penurunan daya beli yang cukup signifikan.
Real Estate Indonesia (REI) mengatakan penjualan properti pada sektor perumahan selama tahun 2020 turun hingga 60%. Penurunan ini merupakan yang paling parah sepanjang sejarah industri properti di Indonesia. Tidak hanya pada sektor perumahan, jumlah penjualan unit apartemen di Jabodetabek turun antara 45,1% hingga 75,8%, terdampak oleh penyebaran COVID-19, di mana calon pembeli lebih menahan transaksi dengan adanya himbauan social distancing.
Sektor properti lainnya yang terdampak oleh penyebaran COVID-19 selama tahun 2020 adalah sektor perhotelan. Hotel merupakan sektor properti yang paling terpengaruh oleh COVID-19. Tingkat hunian di Jabodetabek turun 16,7% hingga 20,4% dari kuartal sebelumnya, dengan rata-rata tingkat hunian hanya 47,6% hingga 49,4%. Kondisi ini merupakan kinerja pasar hotel terburuk selama 10 tahun terakhir. Situasi semakin memburuk pada pertengahan April karena lebih dari 90 hotel mengalami penutupan sementara.
Pada sektor perkantoran pun tercatat penurunan signifikan akibat pandemi COVID-19. Meskipun tingkat hunian gedung perkantoran tetap stabil dibandingkan Q4-2019, COVID-19 berdampak besar pada menurunnya aktifitas sewa-menyewa sehubungan tertundanya lease agreement atau mundurnya calon penyewa baru.
Kondisi demikian memaksa pengembang melakukan pemangkasan biaya-biaya agar bisa bertahan dan melanjutkan bisnisnya. Untuk membantu industri properti tetap bertahan, Pemerintah memberikan berbagai stimulus perbankan dan restrukturisasi untuk pengembang dan konsumen.
Pada tahun 2021 ini, Kementerian Keuangan memberikan sejumlah insentif fiskal dan alokasi anggaran belanja seperti Subsidi Selisih Bunga (SSB), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), Dana Alokasi Khusus Fisik (DAKF) serta dana bergulir Fasilitas Pembiayaan. Dengan dana bergulir FLPP menjadi Rp 16,62 triliun, SBUM menjadi Rp 630 miliar dan SSB menjadi Rp 5,97 triliun. Sedangkan PMN untuk SMF menjadi Rp 2,25 triliun dan DAKF menjadi Rp1 triliun.
Namun pada tahap eksekusi lapangan. Pengembang perlu menerapkan strategi baru untuk ‘menggenjot’ penjualan. Menurut Real Estate Indonesia (REI) Internet dan Media Sosial menjadi juru selamat bagi sektor perumahan.
Kekuatan Digital dan Media Sosial Jadi Juru Selamat
Selama penerapan Pembatrasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada tahun 2020, pergerakan masyarakat menjadi sangat terbatas. Aktivitas yang semula dilakukan secara offline kemudian mulai beralih secara masal ke aktivitas online. Berbagai aktivitas seperti aktivitas bekerja, berbelanja dan hiburan hampir semuanya teralihkan pada digital. Hal ini tentu berpengaruh pada konsumsi Internet di Indonesia.
Sesuai dengan data yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada kuartal II 2020 saja pengguna internet sebanyak 196,7 juta orang naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 171 juta orang. APJII juga menyebutkan jika selama pandemi masyarakat yang mengakses internet bisa mencapai 8 jam dalam satu hari.
Pada tahun 2020 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Riset situs HootSuite dan agensi marketing, We Are Social bertajuk "Digital 2021: Global Overview Reports" menyatakan jumlah pengguna media sosial telah meningkat lebih dari 13 persen dalam satu tahun terakhir. Pada bulan yang sama tahun lalu, peningkatan pengguna media sosial hanya berkisar 7% saja.
Hal ini membuat Indonesia masuk dalam 10 besar negara dengan jumlah pengguna media sosial terbesar di dunia. Posisi Indonesia sendiri berada di peringkat 9 dari 47 negara. Dalam survey tersebut Indonesia menjadi Negara yang palingmenggandrungi Instagram sebagai sosial media yang digunakan. Intagram memiliki pengguna dengan kewarganegaraan Indonesia sebesar 61 persen. Posisi kedua adalah Facebook sebesar 46 persen, disusul dengan YouTube sebesar 45 persen, lalu Linkedin sebesar 44 persen, dilanjutkan dengan Twitter sebesar 26 persen.
Fakta-fakta ini membuat Real Estate Indonesia (REI) membidik Internet dan Media Sosial sebagai platform pemasaran yang bisa dimanfaatkan oleh pengembang. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi REI Hari Ganie makin banyaknya masyarakat yang online, semakin efektif pula promosi penjualan produk yang masif di media sosial. Selain itu pemasaran melalui media sosial disebut lebih murah jika dibandingkan dengan promosi offline karena tidak ada sewa tempat, biaya SPG dan biaya-biaya lainnya. Karena itu digital marketing melalui media sosial adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh para pengembang.
Sebagai contoh, Daun Karya Property, salah satu pengembang perumahan di Kabupaten Bogor yang memanfaatkan promosi melalui Media Sosial. Direktur Pemasaran Daun Karya Marsudi menceritakan awal 2020 sebelum diumumkan COVID-19 menjadi pandemi di seluruh dunia, penjualan rumah bisa dibilang sudah lambat dan berat. Apalagi ditambah dengan pandemi Corona.
Penjualan rumah di sejumlah proyek Daun Karya seperti perumahan Avani Terra Residence yang baru terjual sekitar 80 unit dan sisanya masih ada 70an unit dan kemudian proyek Deparis by Avani yang masih tersisa 110 unit dari 160 unit yang tersedia meberikan efek pesimistis kepada tim marketing dan penjualan Daun Property. Dengan kondisi seperti ini, Marsudi meprediksi bahwa perusahaan hanya bisa bertahan 3 bulan ke depan, paling lama 6 bulan jika penjualan masih seperti sebelum pandemi.
Kemudian Daun Property memanfaatkan media sosial dengan gencar untuk memasarkan unit-unit rumah yang masih tersisa. Selain itu dia juga menangkap peluang masyarakat yang di rumah saja namun tetap mendapatkan tunjangan hari raya (THR).
Daun Property dan Tim Marketing mengemas penjualan dengan promo yang menarik dan berkelanjutan. Tak hanya membidik kalangan milenial tapi juga generasi-generasi pendahulunya agar bisa memiliki rumah dengan cara yang mudah dan terjangkau namun tetap sesuai dengan kemampuan mereka. Ide Marsudi berbuah manis, dengan promo subsidi bunga dan cicilan, penjualan di kedua proyek ini melesat. Hitungan pesimis yang dilakukan di awal berubah 180 derajat.
Marsudi mengerahkan timnya untuk memaksimalkan media sosial seperti Instagram, Facebook sampai Youtube dan Tiktok untuk menggaet calon konsumen. Menurut dia kebiasaan masyarakat saat ini sudah berubah, media sosial seperti menjadi kebutuhan dan tempat untuk mendapatkan informasi selain mencari hiburan. Media sosial juga dimaksimalkan karena pameran properti secara fisik belum bisa digelar kembali.
Adaptasi yang dilakukan oleh Daun Property terhadap penggunaan media sosial dan Internet sebagai platform promosi terbukti mampu menyelamatkan perusahaan dari Pandemi COVID-19. Mengutip laporan yang dikeluarkan Deloitte berjudul 2021 Global Marketing Trends: Find your focus segmen Agility: Changing the playbook disebutkan agar perusahaan bisa bertahan konsep pemasaran harus dirombak besar-besaran. Digital atau online menjadi hal wajib yang dilakukan oleh perusahaan demi memenuhi kebutuhan konsumen.
Hasil survei yang dilakukan Deloitte yang melibatkan 2.447 responden (global) menampilkan 58% berminat dengan produk yang memiliki embel-embel "new normal" atau "normal baru". Ada 63% responden yang sangat menyukai jika perusahaan menciptakan konten dengan desain yang menarik di media sosialnya. Perusahaan juga dinilai harus mampu mengadopsi platform agar saling terhubung seperti e-commerce, media sosial hal ini penting agar perusahaan bisa melihat ke mana arah minat masyarakat.
Nata Connexindo Digital Marketing Partner and Consultant
Untuk mulai terjun ke Digital Marketing bisnis tentu memerlukan strategi awal yang baik. Tidak hanya memanfaatkan jumlah pengguna yang besar, promosi yang dilakukan oleh bisnis harus mampu menarik perhatia pengguna Internet dan Media Sosial. Disinilah bisnis membutuhkan partner yang kompeten untuk mengelola Digital Marketing.
Nata Connexindo Digital Marketing Partner and Consultant hadir untuk memberikan pelayanan digital yang inclusive. Mulai dari strategi pemasaran, follow up leads, hingga penjualan terintergrasi baik dengan teknologi digital. Untuk meningkatkan efektifitas penjualan dan integrasi antara Digital Marketing dan Tim Slaes Nata Connexindo menggabungkan strategi digital marketing dengan Lead Connection App sebagai solusi terbaik. Nata Connexindo melengkapi strateginya dengan penggunaan Lead Connection App yang mampu mendistribusikan leads secara cepat dan tepat. Berbagai fitur Lead Connection App mempersingkat dan menyederhanakan proses mulai dari mendapatkan leads, follow up, dan closing. Lead Connection App memungkinkan sales agent untuk melakukan intant follow up, mengelola leads, dan melacak progress follow up leads secara efisien. (ADR).