Nataconnexindo.com, Tangerang – Hari kartini memang menjadi harinya kaum perempuan di Indonesia. Sosok perempuan inspiratif yang bernama lengkap Raden Ajeng Kartini telah memberikan pencerahan terhadap peran perempuan Indonesia. Berasal dari kalangan Priyayi, RA. Kartini sukses memberikan semangat perubahan melalui surat-suratnya yang ditujukan pada kawan dan sahabatnya di Eropa. Surat-surat yang dibukukan tersebut kini dikenal baik dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang.”
Inspirasi RA. Kartini tersebut tak akan tercatat dalam sejarah jika beliau tidak bersahabat dengan media dan literasi. Melalui tulisan-tulisannya di media surat, seluruh pikirannya tertuang dan menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia dari masa ke masa. Hal ini menandakan bahwa literasi dan media berjalan beriringan dalam pemberdayaan sebuah kaum.
Di era modern ini, kaum perempuan memiliki beragam kanal media yang dapat digunakan untuk mengutarakan pemikirannya dan mengekspresikan kreatifitasnya. Media yang paling mudah diakses saat ini adalah media Internet. Melalui gadget dalam genggaman perempuan Indonesia dapat berkarya dan berkreativitas.
Femtech, Startup, dan Perempuan
Melalui literasi media yang mapan, perempuan tidak hanya menjadi konsumen media Internet saja. Pada hari ini perempuan juga ternyata mampu menjadi motor penggerak dan pencipta kemajuan teknologi. Hal ini ditunjukan dengan semakin berkembangnya perusahaan rintisan teknologi (startup) yang dipimpin oleh kaum perempuan.
Perusahaan rintisan yang dipimpin oleh perempuan atau dikenal juga sebagai female technology/femtech dinilai semakin matang dan diprediksi bertumbuh kencang ke depan. Berdasarkan riset yang dilakukan Frost & Sullivan mencatatkan bahwa femtech secara global bisa menjadi pasar yang bernilai US$50 miliar hingga tahun 2025 mendatang. Femtech sendiri dapat diartikan sebagai bisnis yang didirikan oleh perempuan dan kebanyakan pemainnya menyasar kebutuhan khusus untuk kalangan perempuan.
Partner East Ventures, sebuah perusahaan modal ventura asal Indonesia, Melissa Irene, mengatakan saat ini gender tidak lagi mempengaruhi minat pendanaan. Menurutnya, wirausaha yang dipimpin oleh perempuan atau laki-laki seharusnya punya kesempatan yang sama sehingga industri ke depan makin bebas untuk berkarya.
Bahkan riset United Nations (UN) Women pada Juli 2020 menyatakan bahwa kaum perempuan lebih banyak menggunakan internet untuk keperluan bisnis dibandingkan laki-laki. Bahkan, di tataran usaha mikro, 54 persen perempuan telah mengadopsi penggunaan internet dalam memasarkan dan menjual produknya, dibandingkan dengan usaha mikro laki-laki yang hanya 39 persen memanfaatkan internet.
Hal tersebut menunjukan bahwa gender dalam bisnis teknologi dan Internet tidak lagi relevan dalam mempengaruhi peluang seseorang. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam merintis bisnis dengan teknologi digital dan Internet.
Industri femtech memiliki kategori-kategori yang terus tumbuh, seperti sociolla yaitu beauty tech yang membuktikan bisa ada satu perusahaan yang kuat di bidang tersebut atau orami yang fokusnya ke Ibu dan Anak.
Hingga hari ini di dalam kategori-kategori tersebut telah ada sekitar 10 persen pendiri perempuan di jaringan East Ventures, di mana perusahaan modal ventura ini telah berinvestasi ke Base (Yaumi Fauziah), Greenly (Liana Gonta Widjaja), Nusantics (Sharlini Eriza Putri), Fore (Elisa Suteja), dan Sociolla (Chrisanti Indiana), dan Nalagenetics (Astrid Irwanto & Levana Sani).
Oleh karena itu, momen Hari Kartini dapat menjadi momen untuk memberikan kesadaran terhadap kesetaraan kesempatan dan potensi media dan teknologi Internet yang dapat digali oleh kaum perempuan di Indonesia. (ADR)