Nataconnexindo, Tangerang – Krisis Pengembang Properti raksasa asal Tiongkok membawa banyak kekhawatiran bagi para pelaku Industri Properti di Indonesia. Jumlah hutang yang fantastis yaitu Rp 4000 Triliun merupakan hutang pertama korporasi terbesar dalam sejarah. Bahkan, Evergrande merupakan penyumbang 5% PDB China pada tahun lalu.
Kekhawatiran dampak krisis yang timbul jika Evergrande gagal bayar hutang disamakan dengan peristiwa kebangkrutan Lehman Brothers yang memicu krisis keuangan global. Krisis Evergrande mencuat ketika Pemerintah China meluncurkan kebijakan Debt to Cash, Debt to Asset, dan Debt to Equity guna mencegah gelembung properti di China.
Nah kekhawatiran akan krisis Evergrande ini sampai juga ke pasar properti Indonesia. Pasar properti yang sejak awal tahun 2020 yang lalu tertekan cukup berat akibat Pandemi dikhawatirkan akan mendapat efek dari krisis Evergrande tersebut.
Waspada Efek Domino Tidak Langsung
Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida meyakini, efek langsung terhadap industri properti di Indonesia tidak akan banyak. Namun, efek yang dikhawatirkan justru datang pada efek domino akibat jatuhnnnya Evergrande.
Kebangkrutan Evergrande disinyalir dapat mempengaruhi hubungan ekspor impor antara Indonesia dengan Tiongkok. Pasalnya, China masih merupakan pangsa pasar ekspor terbesar bagi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan ekspor September tercatat sebesar USD 14,01 miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 13,10 miliar. Dari keseluruhan ekspor tersebut, China menempati posisi puncak dengan nilai ekspor hingga USD 2,63 Milyar pada September tahun lalu. Penurunan ekspor tersebut tentu akan berpengaruh pada kondisi ekonomi nasional. Efek domino pun akan terjadi yang dampaknya mungkin dirasakan oleh Pasar Porperti Indonesia.
Senada dengan Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, krisis yang terjadi pada salah satu perusahaan pengembang properti terbesar China itu kembali menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian khususnya pasar keuangan global.
Dampak Pada Pasar Keuangan Global dan Nasional
Krisis Evergrande sebetulnya akan sangat dirasakan pada pasar keuangan Global dibandingkan pada pasar properti. Pasalnya, potensi gagal bayar Evergrande akan berakibat pada macetnya kredit keuangan di China. Sementara itu, pasar keuangan China masih memegang peran yang sangat penting bagi pasar keuangan Global.
Namun, tampaknya dampak Evergrande pada pasar keuangan nasional tidak akan terlalu signifikan. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warijoyo mengatakan bahwa dengan perkembangan ekonomi-ekonomi yang terus membaik di Indonesia lebih mencerminkan kondisi fundamental-fundamental Indonesia daripada kondisi-kondisi teknikal pasar. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kestabilan pasar keuangan nasional.
Dari sisi internal, Perry menegaskan, kondisi perekonomian RI berada dalam level yang positif. Ini terefleksikan dari berbagai indikator, mulai dari defisit transaksi berjalan yang terjaga hingga nilai tukar rupiah yang cenderung menguat pada beberapa sesi perdagangan terakhir.
Dampak Pada Pasar Properti Indonesia
Pasar Properti Nasional pun diprediksi tidak akan begitu terpengaruh dengan krisis Evergrande. Senada dengan Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), CEO dan founder Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda juga meyakini, secara umum krisis Evergrande dan industri properti di China tidak akan berpengaruh besar terhadap pasar properti Indonesia yang masih bersifat lokal.
Sedangkan untuk kelanjutan proyek properti yang sedang digarap oleh pengembang China, akan tergantung dari kemampuan bisnis dan finansial masing-masing perusahaan. Namun, tetap ada potensi untuk tersendat jika proyek-proyek tersebut masih butuh tambahan dana.
Director Advisory Group Coldwell Banker Commercial Indonesia Dani Indra Bhatara juga mengamini bahwa investasi properti di Indonesia masih didominasi oleh investor lokal yang sangat memperhatikan pergerakan pasar yang bersifat lokal. Sehingga properti di sini lebih dipengaruhi oleh iklim investasi dan pergerakan perekonomian di Indonesia.
Oleh karena itu, Pengembang Properti harus tetap terus optimis dalam menyelesaikan proyek-proyek berjalan dan mempromosikan produk properti mereka di Indonesia. Momentum kebangkitan pasar properti masih akan terus berlanjut hingga tahun depan. (ADR)