Nataconnexindo.com, Tangerang – Tidak dapat dipungkiri, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan di awal Juli yang lalu menghembuskan sentiment negatif yang cukup mengkahwatirkan. Pasalnya, momen pertumbuhan industri properti tengah berada pada momen yang kritis. PPKM Darurat dikhawatirkan akan mempengaruhi momentum tersebut.
Namun ternyata setelah hampir satu bulan diterapkan, pasar properti masih menunjukan pertumbuhan yang positif. Sektor properti masih mencatatkan pertumbuhan saat situasi ekonomi banyak terkendala karena pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo, masih positifnya kinerja sektor properti khususnya perumahan bisa dilihat dari pertumbuhan PDB sektoral pada kuartal pertama tahun 2021. Sektor real estat masih mencatatkan pertumbuhan positif mencapai 0,9 persen saat ekonomi nasional terkontraksi minus 0,74 persen.
Hal tersebut tercermin dalam volume penyaluran kredit perumahan yang terus tumbuh. Data Bank Indonesia (BI) per Juni 2021 menyebutkan, pertumbuhan KPR nasional mencapai 4,2 persen dan angka ini di atas pertumbuhan kredit nasional yang masih terkontraksi minus 4 persen.
Jika dilihat dari skala yang lebih luas, pertumbuhan pasar properti ini seiring dengan pemulihan industry properti di Asia Pasifik. Colliers International merilis laporan perkembangan pasar properti Asia Pasifik, yang menunjukkan pemulihan berkelanjutan di pasar properti utama di kawasan itu untuk kuartal II tahun ini.
Menurut laporan tersebut, pemulihan dipimpin terutama oleh segmen perkantoran dan industri. Ini langkah lanjutan yang positif setelah kondisi positif pada 3 bulan pertama tahun ini. Akan tetapi, khusus untuk Indonesia, Colliers mengatakan perumahan tapak menjadi penggerak utama membaiknya bisnis properti.
Senada dengan laporan tersebut, Direktur Bank BTN mengatakan bahwa pertumbuhan untuk sektor properti nasional masih sangat besar dikarenakan kebutuhan akan produk hunian yang sangat besar dan hal ini akan terus mendorong perekonomian nasional.
Salah satu faktor yang bisa membuat sektor properti lebih tangguh terkait kendala pandemi yaitu karena sektor ini merupakan padat modal dan padat karya di mana lebih dari 90 persen bahan baku dan tenaga kerj berasal dari dalam negeri.
Sebagai gambarannya, setiap pembangunan 100 ribu unit rumah berarti akan menyerap sekitar 500 ribu tenaga kerja. Sektor perumahan juga telah menjadi penopang pertumbuhan bisnis kalangan pengembang. Saat ini ada lebih dari 7.000 ribu perusahaan pengembang yang menyediakan ratusan ribu unit produk hunian. Bisa dibayangkan kontribusi sektor ini dari sisi pajak-pajak maupun terhadap PDB nasional.
Permintaan Millennial Jadi Pendorong Utama
Selain faktor sektor yang padat modal, salah satu pendorong utama tumbuhnya industri properti di Indonesia adalah tingginya permintaan properti terutama pada sektor rumah tapak. Berdasarkan hasil riset Rumah.com Indonesia Property Market Index, landed house atau rumah tapak adalah jenis produk properti yang kian digemari saat situasi pandemi Covid-19 dengan kenaikan mencapai 0,6 persen per kuartalnya. Tren kenaikannya juga cukup solid berkisar 0,5, 1,6, 1,3 persen secara kuartalan sejak tahun lalu.
Penyumbang terbesar demand perumahan tapak berasal dari kalangan generasi Millennial. Hal ini tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit KPR. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengalami pertumbuhan sebesar 27% secara year on year (YoY) atau berhasil menyalurkan KPR sebesar Rp4,3 triliun per Mei 2021.
Sementara itu secara keseluruhan Bank Indonesia (BI) dalam laporan uang beredar Januari 2021, mencatat kredit pemilikan rumah mencapai Rp521,2 triliun pada Januari 2021, atau tumbuh 3,6% secara yoy. Angka pertumbuhan itu meningkat dari pertumbuhan Desember 2020 sebesar 3,4% secara yoy.
Dilihat dari segmen penerima penyaluran kredit KPR, mayoritas nasabah berasal dari golongan berusia 29 hingga 38 tahun. Mereka adalah generasi millennial yang menginginkan segera memiliki rumah sendiri. Secara ekonomi, generasi ini merupakan Angkatan kerja paling besar yang saat ini dimiliki Indonesia.
Oleh karena itu, Pengembang Properti dapat merumuskan ulang strategi pemasaran untuk meraih lanskap baru pasar properti millennial ini. Karena di masa depan pembeli properti akan berasal dari generasi millennial yang disusul oleh generasi Z. (ADR)