Nataconnexindo.com,
Tangerang – Tak bisa
dipungkiri, sepanjang tahun 2020 penjualan properti menemui hambatan
terbesarnya selama 10 tahun terakhir. Pandemi Covid-19 mau tidak mau telah
mengubah perilaku konsumen dalam membeli dan memperoleh informasi properti.
Kebijakan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kekhawatiran
dalam melakukan aktivitas di luar ruangan membuat konsumen-konsumen ini lebih
banyak berselancar di internet.
Perubahan kebiasaan baru ini mendorong
pengembang properti (developer) berlomba-lomba beralih ke saluran
digital untuk meraih calon konsumennya. Katakan saja pengembang besar seperti
Sinarmas Land yang sebelum pandemi sangat bergantung pada pemasaran offline
dengan komposisi 70% pemarasan offline dan 30% pemasaran online,
kini mulai bergeser menjadi 70% Online dan 30% Offline. Seperti dikatakan Managing Director
Business & Service Sinarmas
Land, Alim Gunadi mengatakan bahwa Sinarmas Land tengah menggalakan
pemasaran digital menggunakan virtual tour dan key opinion leader
(KLO) atau influencer.
Begitu juga dengan pengembang PT.
Belaputra Intiland yang mengembangkan perumahan Kota Baru Parahyangan Bandung
menggunakan strategi digital campaign. Seperti dikatakan oleh Direktur
PT. Belaputra Intiland Ryand Brasalt bahwa digital campaign yang
diviralkan bisa memberikan multiplier effect.
Penggunaan pemasaran melalui saluran
digital ini mampu memberikan efek nyata. Penjualan PT. Belaputra Intiland pada
awal pandemi tercatat mengalami penurunan, namun memasuki bulan Juni setelah
pergeseran prioritas pemasaran ke saluran digital mulai terjadi peningkatan
penjualan 13% hingga 15% diatas target. Bahkan pengembang PT. Belaputra
Intiland mampu mendapatkan 800 leads atau calon konsumen yang tertarik dan
memberikan kontak untuk konsultasi produk properti.
Pada semester I 2020, Sinarmas
Land-pun membukukan pra penjualan (marketing sales) senilai Rp. 2,9
Trilliun. Angka tersebut sama dengan 40% dari target penjualan sepanjang tahun
2020 ini. Menurut Gunadi segmen residensial masih menjadi penopang utama
penyumbang marketing sales periode tersebuut dengan nilai total Rp1,6
Trillun.
Tidak hanya di pulau Jawa, pengembang
properti asal Medan Sumetera Utara, Wiraland Property Group mengalokasikan 90%
angaran pemasaran ke pemasaran secara digital. Selain menggunakan saluran
digital Wilaraland Property Group juga menggunakan promosi subsidi biaya
notaris dan pajak saat pembeli melakukan down paymet.
Media Digital
Menjadi Pengganti Merketing Gallery
Pergeseran yang tengah terjadi
mempengaruhi prioritas calon konsumen saat akan membeli hunian. Jika sebelum
masa pandemi, konsumen lebih memilih berkunjung ke marketing gallery
untuk melihat contoh rumah yang dijual, saat ini calon konsumen lebih memilih
melihat contoh rumah melalui media digital seperti virtual tour, media
sosial, dan website.
Senior Associate MarkPlus, Inc., Irfan Setiawan mengatakan bahwa Markplus
telah melakukan survei cepat yang dilakukan dengan menggunakan 680 responden di
seluruh Indonesia dengan profil responden 54,5% masyarakat non-jabodetabek.
Hasil survei tersebut mengunkapkan bahwa sebanyak 62% responden mengaku mencari
informasi properti melalui media sosial, 52% mencari properti melalui website developer, dan 45,6% mencari properti melalui situs agregator properti.
Hal ini menunjukan bahwa kebiasaan
calon konsumen yang langsung datang ke merkting gallery telah berubah
menjadi kebiasaan melihat contoh rumah melalui media digital. Irfan mengatakan
bahwa media sosial digunakan untuk melihat bagiaman desain interior propetti
yang diminati.
Dalam survei yang sama, responden juga
menunjukan minatnya pada kegiatan yang dilakukan secara digital. Misalnya,
55,9% responden menginginkan adanya konsultasi secara virtual melalui video
conference, 52,9% menginginkan adanya virtual tour, dan 51,5% ingin
mencoba menggunakan augmented virtual
reality.
Media digital, oleh karena itu, bisa
menjadi peluang emas bagi pengembang untuk meningkatkan aktivitas pemasaran dan
penjualannya selama masa pandemi ini. Dengan memaksimalkan pemasaran melalui
saluran digital, pengembang dapat memberikan informasi produk properti terbaru
mereka kepada calon konsumen potensial.
Pasar Digital
untuk Properti
Di tengah lesunya
aktivitas pasar properti, ternyata pencarian properti tetap ramai secara
digital bahkan telah menjadi kebiasaan baru masyarakt konsumen properti.
Pergeseran kebiasaan pencarian properti secara online ini mencapai
momentumnya pada Kuartal II/2020 lalu.
Pada Kuartal II/2020, terjadi kenaikan tren kenaikan pencarian
properti pada berbagai platform digital dengan angka rata-rata 80,83%.
Hal ini seperti diungkapkan oleh tim analis 99 Group yang mengamati terjadinya
pentingkatan traffic pada berbagai platform marketplace properti.
Kenaikan tersebut ternyata tidak menurun pasca pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB).
Ali Tranghanda, CEO Indonesia
Property Watch (IPW) mengatakan bahwa pasar besar properti secara
digital harus dimanfaatkan oleh pengembang untuk branding sebab situasi
akibat pandemi akan membutuhkan recovery. Kemudian, ungkapnya, saat recovery
terjadi maka pemulihan akan terjadi secara cepat karena kondisi pandemi
sebenarnya tidak menghilangkan kebutuhan masyarakat akan properti namun hanya
menggeser kebutuhan tersebut ke kebutuhan yang lebih mendesak seperti kesehatan
dan makanan.
Perubahan yang terjadi menyebabkan
pasar digital properti semakin besar. Oleh karena itu pengembang harus mampu
mengaplikasikan konten digital marketing yang lebih baik untuk mendapatkan
perhatian calon konsumen. (ADR).