Nataconnexindo.com,
Tangerang – Semakin
tingginya ketergantungan aktivitas masyarakat terhadap internet menjadikan akses internet stabil sebagai salah satu
kebutuhan yang sangat penting. Padahal menurut data sebanyak 12.548 desa di
Indonesia belum mendapatkan akses jaringan internet generasi keempat atau lebih
dikenal dengan nama 4G. Sulitnya jaringan internet ini semakin terasa di tengah
masa pandemi di mana
hampir setiap kegiatan dilakukan secara daring termasuk kegiatan pendidikan.
Untuk
mengatasi ketimpangan akses jaringan internet, Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui
Menteri Johnny G. Plate mengatakan akan melakukan percepatan pembangunan akses
Internet di wilayah blank spot. Pembangunan akan dimulai di 9.113 desa
yang masuk kedalam kategori daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).
Pembangunan tersebut dimulai dari berbagai kebutuhan infrastruktur yang
menyambungkan akses internet dengan Palapa Ring.
Kementerian
Komunikasi dan Informasi akan menerapkan strategi dari hulu ke hilir dalam
membangun infrastruktur akses jaringan internet. Saat ini telah ada sembilan satelit komunikasi yang sudah
digunakan, yaitu 5 satelit milik negara dan 4 satelit milik swasta.
Peluncuran
Satelit Satria
Untuk
mendukung visi percepatan pembangunan ini, Kementerian Komunikasi dan Informasi
juga akan mengorbitkan satelit multifungsi yang diberi nama Satria. Satelit ini memiliki
kapasitas 150 gigabyte per second (Gbps) yang akan mengorbit di 146 bujur
timur slot orbit. Rencana peluncuran ini akan dilakukan pada 2023 mendatang.
Untuk
merealisasikan peluncuran satelit Satria, PT. Staelit Nusantara Tiga (SNT)
ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan dan pabrikasi satelit bekerjasama dengan
perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space.
Dukungan
finansial juga telah didapatkan Kementerian Komunikasi dan Informasi. Strategi
pembiayan yang ditempuh oleh Kementerian adalah strategi blended financing
atau dana campuran dari APBN dan milik swasta. Dukungan finansial datang dari Banque Publique D’Investissement (BPI) institusi keuangan dan investasi
Perancis, dan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) lembaga
keuangan asal Tiongkok. Dana yang berhasil dikumpulkan dikatakan mencapai angka
500 Juta USD.
Satelit
Satria ini akan menambah jalur komunikasi dan akses terhadap jaringan internet di Indonesia bagian timur.
Sehingga akses terhadap jaringan Internet di seluruh Indonesia dapat diwujudkan
dengan segera.
Pembangunan
Kabel Fiber Optik Sepanjang 348 Ribu Kilometer
Selain
peluncuran satelit Satria, dari sisi hilir Kementerian Komunikasi dan Informasi
juga tengah menggarap jaringan kabel fiber optic yang sangat masif. Pembangunan
kabel fiber optic backbone broadband sepanjang 226 ribu kilometer di darat dan 123 ribu
Kilometer di laut. Total panjang kabel ini mencapai 348 ribu kilometer.
Pembangunan
ini menjadi salah satu bagian dari ambisi pemerintah untuk mewujudkan proyek Grand Palapa Ring yang mampu menyediakan akses internet secara merata
di seluruh daerah di Indonesia. Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan
jaringan yang sudah ada (existing network) dengan jaringan baru (new
network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-Timur). Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh 4.450
KM yang terdiri dari sub marine cable sejauh 3.850 km dan land cable
sepanjang 600 KM dengan landing point sejumlah lima belas titik pada 21 Kota/Kabupaten.
Jaringan
tersebut berkapasitas 100 GB (Upgradeable 160 GB) dengan mengusung konsep ring,
dua pair (empat core). Strategi pembangunan proyek Palapa Ring ini adalah
dengan membentuk suatu konsorsium di mana anggota konsorsium terdiri dari penyelenggara
telekomunikasi di Tanah Air.
Jaringan ini
akan menjadi tumpuan semua penyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa
telekomunikasi di Indonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada
milik penyelenggara telekomunikasi.
Menjadi
Pendorong Penetrasi Internet
Keberadaan
infrastruktur akses internet ini diharapkan menjadi pendorong penterasi
internet. Saat ini Indonesia menduduki negara ke 4 paling tinggi penetrasi internet setelah India, China, dan
Amerika. Survei APJII untuk 2019 hingga kuartal kedua 2020 menemukan jumlah
pengguna internet mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total populasi di
Indonesia. Angka penetrasi itu naik 8,9% dibanding jumlah pengguna sebelumnya.
Kendati begitu, tingkat pertumbuhan 2019 – Q2 2020 ini masih lebih rendah
dibanding tingkat pertumbuhan pada 2018 yang mencapai 10,12 persen.
Penterasi
Internet yang tinggi juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi digital di
Indonesia. Berbagai startup diharapkan mulai menginvestasikan dana di
Indonesia karena akses internet semakin mudah. Berbagai kegiatan masyarakat yang semakin beralih
ke digital juga akan mendorong tumbuhnya ekonomi digital di Indonesia.
Selain itu,
kegiatan lain seperti pemasaran, periklanan, dan retail yang semakin
terdigitalisasi akan mendapatkan manfaat dari penetrasi internet yang tinggi di
Indonesia. Dengan demikian percepatan pembangunan infrastruktur ini akan
berjalan beriringan dengan tumbuhnya kultur industri 4.0 baru yang sedang
dituju oleh Indonesia.
Bisnis
Harus Mulai Beradaptasi
Digitaliasi
kultur industri 4.0 harus mampu diadaptasi oleh pelaku bisnis. Sebagai salah
satu contoh, Meluasnya digital marketing membuka peluang kerja baru bagi
masyarakat. Semakin banyak orang yang membuka jasa digital marketing dan
semakin banyak para ahli pemasaran pula yang mengembangkan modul digital marketing,
sehingga dapat bermanfaat untuk para pebisnis dalam mengembangkan strategi
digital marketing yang mereka perlukan. Bahkan, hasil riset yang dilakukan oleh
Mondo (provider teknologi dan digital marketing) menunjukkan bahwa semakin
banyak perusahaan yang memiliki perencanaan untuk menambahkan budget digital
marketing perusahaan mereka.
Dinyatakan
bahwa sekitar 80% perusahaan akan meningkatkan budget digital marketing selama
setahun sampai 18 bulan ke depan, yang mana 40% perusahaan akan meningkatkan budget
sebanyak 5-10%, 32% perusahaan akan meningkatkan budgetnya 10-25% dan sisa
perusahaan yang lain akan menaikkan budget digital marketing mereka setara
dengan 0-5%.
Dengan
perkembangan yang semakin digital, bisnis harus mengatur ulang strategi dan
operasional kegiatannya. Teknologi digital memberikan kemudahan dna efektivitas yang belum pernah didapatkan
pada kegiatan konvensional. Oleh karena itu, bisnis perlu segera beralih
menjadi lebih digital dalam kegiatannya. (ADR).