Nataconnexindo.com,
Tangerang – Sebuah studi yang
digelar oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan bahwa penggunaan teknologi digital
akan membuat bisnis bertahan selama Pandemi COVID-19. Menurutnya, 9,4 juta
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah bertransformasi digital memiliki
16,8% omset yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha yang tidak melakukan
transformasi digital.
Berdasarkan keterangannya, angka tersebut memang tidak menunjukan angka
keseluruhan, namun memberikan gambaran bahwa penggunaan teknologi digital
sedikit banyak membantu bisnis kecil dan menengan tetap mendapatkan pemasukan
yang cukup signifikan.
Platform digital yang digunakan oleh
para pelaku untuk tetap dapat melakukan promosi dan penjualan didominasi oleh
media sosial dan e-commerce. Kedua platform tersebut memang paling
banyak digunakan oleh pelaku bisnis dalam mengembangkan usahanya dan meraih
konsumen secara digital.
Baca Juga:
Digitalisasi Bisnis Properti? Ketahui Dulu Jumlah Belanja Online di Indonesia Sepanjang Tahun 2019
Transformasi digital ini diprediksi
akan terus meningkat pasca pandemi dan memberikan perubahan fundamental pada
bagaimana cara bisnis beroperasi. Apalagi dengan makin merambahnya ekspansi
transaksi cashless yang dilakukan oleh masyarakat, peran teknologi
digital akan semakin penting di masa depan.
Perubahan digitalisasi bisnis juga
kian terasa bukan hanya pada bisnis kecil saja, namun juga bisnis
multinasional. Lihat saja 98,9% perusahaan multinasional telah memiliki website
dan media sosial tersendiri.
Pada awalnya, peralihan ini hanya sebatas sebagai strategi Public Relation,
namun dengan tingginya interaksi masyarakat dengan website dan media sosial
perusahaan ini mulai memahami pentingnya ekspansi marketing di ranah digital.
Laporan yang dirilis CIPS juga
mengatakan bahwa volume iklan digital di Indonesia pada tahun 2018 didominasi
oleh UMKM sebesar 67% namun pada quartal pertama tahun 2020, terjadi pergeseran
yang signifikan yaitu 48% UMKM dan 52% pelaku bisnis besar.
Hal ini terjadi akibat paksaan pandemi
COVID-19 dan kemajuan teknologi informasi yang pesat. kemajuan teknologi komunikasi
selular yang berhasil membawa koneksi internet tersebut ke dalam genggaman
kita. Teknologi ini juga didukung oleh kemajuan teknologi chipset yang membuat
telepon genggam yang sekarang disebut smartphone memiliki kemampuan komputasi
yang lebih tinggi dalam memproses data dan menjalankan program layaknya komputer.
Selain itu, pertumbuhan pengguna digital yang tinggi di
Indoensia juga memberikan insentif tersendiri bagi para pelaku bisnis yang mulai
merambah ke pemasaran digital. Hal ini menunjukan bahwa digitalisasi akan
menjadi tren utama pasca COVID-19.
Krisis kesehatan dan ekonomi akibat COVID-19, memberikan
gambaran manfaat digitalisasi yang sekarang mulai dirasakan oleh para pelaku
bisnis. Ini akan mendorong semakin tingginya konsumsi konten digital di masa
yang akan datang. Bersamaan dengan itu, diperlukan strategi yang baik bagi para
pelaku yang ingin mulai merasakan manfaat digital.
Digital marketing dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Jangkauan
pasar yang lebih luas, membuat bisnis bisa dikenal tidak hanya secara lokal,
tetapi juga di wilayah-wilayah lainnya. Dengan begitu, kesempatan memperoleh
pelanggan pun juga bisa semakin besar.
Hal penting yang harus Anda ketahui sekarang juga
adalah hampir 80% konsumen akan menelusuri sebuah produk atau layanan sebelum
membelinya, jadi usaha Digital Marketing bukanlah hal yang harus Anda tunda.
Ditambah Lembaga riset teknologi Gartner menyatakan bahwa di tahun
2025, dunia akan memasuki era baru yang bernama Internet of Things (IoT). Era
ini adalah sebuah era di mana segala hal akan terintegrasi dengan internet,
mulai dari ponsel, jam tangan, lemari es, mobil, dan banyak hal lainnya.
Dengan
demikian, maka Anda harus segera melakukan adaptasi digital agar tetap bertahan
dalam dua perubahan besar yang sedang terjadi saat ini. Perubahan akibat
COVID-19 dan perubahan akibat besarnya arus digitalisasi kehidupan masyarakat.
(ADR).