Nataconnexindo.com, Tangerang – Seluruh aspek kehidupan dengan cepat berubah ke arah
digital, termasuk dalam berbagai aspek kehidupan yang penting seperti praktik
birokrasi, pemerintahan, perdagangan, hingga aktivitas UMKM. Semua aspek
tersebut dengan cepat beradaptasi pada pertumbuhan pengguna media internet dan
digital.
Seiring dengan
tren pertumbuhan pengguna Internet yang besar yang terjadi di hampir seluruh
belahan dunia, pertumbuhan ekonomi digital pun kian melesat. Pada hari ini
mayoritas penduduk dunia yang berjumlah 4,3 milyar penduduk mengakses internet
setiap harinya. Secara statistik 56 persen atau 2,42 milyar penduduk telah
terbiasa menggunakan internet untuk berbagai keperluan seperti entertainment,
pekerjaan, dan bersosialisasi.
Baca Juga: Bisnis di Era Digital
Di Indonesia
sendiri, pertumbuhan pengguna internet sangat besar. Hal ini didukung oleh
besarnya jumlah penduduk usia muda Indonesia dari kalangan Millenial. Banyak
yang menyebutkan bahwa generasi Millenial yang kini menjadi mayoritas terbesar
penduduk Indonesia adalah generasi native
internet. Artinya, mereka tumbuh bersama Internet dan menjadi user
asli internet dan teknologi. Menurut data BPS, rata-rata penduduk Indonesia
berusia 29,7 tahun dan berada di bawah rata-rata usia penduduk dunia yang saat
ini berusia 30,9 tahun.
Dengan kontur
demografis seperti itu, Indonesia menjadi salah satu negara dengan populasi pengguna
internet terbesar di dunia. Tercatat 174 juta orang mengakses Internet setiap
hari, atau sekitar 64 persen dari total penduduk. Saat ini, Indonesia termasuk
ke dalam tiga besar peringkat dunia dalam pertumbuhan penetrasi internet dunia.
Indonesia berada di peringkat tiga dengan pertumbuhan populasi pengakses
internet sebesar 17 persen per tahun. Angka ini sama dengan 25,3 juta pengakses
internet baru dalam satu tahun. Pertumbuhan ini hanya kalah dari Cina dan
India. Maka tidak mengeherankan jika pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia
termasuk yang tertinggi di Asia.
Seperti yang
kita ketahui, ekonomi digital adalah aspek ekonomi yang berbasiskan pada
pemanfaatan dan pemberdayaan teknologi digital. Banyak perusahaan yang telah mengembangkan pemanfaatan teknologi digital yang telah tumbuh pesat di Indonesia. begitu pun dengan berbagai perusahaan pengembang seperti Grup Lippo yang mengeluarkan produk Rolling Hills dan Meikarta. Selain mengembangkan website sendiri, berbagai portal properti seperti Lamudi, rumah123, dan masih banyak lainnya.
Berdasarkan data Kementerian
Komunikasi Republik Indonesia, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia
ditopang oleh pertumbuhan e-commerce
sebesar 78 persen dan berada pada peringkat 1 di dunia. E-commerce sendiri merupakan perdagangan melalui platform digital.
Pertumbuhan UMKM yang merambah pada transaksi elektronik hingga beralihnya toko
fisik menjadi toko online. Transaksi
dan cara pemasaran konvensional-pun telah menunjukan tren digitalisasi.
Berbagai leader industri mulai merambah pelbagai platform digital
menggunakan iklan-iklan yang dapat dilihat di Youtube, Instagram, Facebook, dan
mesin pencari seperti Google.
Apa yang dapat
dipetik dari fenomena tersebut? Facebook telah merilis laporan yang memberikan
kita gambaran bagiamana fenomena ini sedang berlangsung tidak hanya di
Indonesia, tapi juga di wilayah ASEAN.
Pertumbuhan Daya Beli dan Akses Internet Menyebabkan Bangkitnya Konsumen
Digital
Pesatnya
pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara selama 10 tahun terakhir,
menyebabkan tumbuhnya daya beli masyarakat di kawasan ini. Disertai oleh
pesatnya penetrasi internet, hal ini menyebabkan bangkitnya konsumen digital.
Konsumen digital adalah mereka yang membeli barang-barang kebutuhan dan jasa
secara online paling tidak satu kali
dalam satu tahun. Konsumen jenis ini tumbuh sebesar 58 persen hanya dalam waktu
tiga tahun (2015-2018), atau dari 90 juta orang menjadi 250 juta orang. Jumlah
ini diprediksi akan terus meningkat sebsar 1,2 kali pada tahun 2025.
Pertumbuhan Belanja Online akan
Melampaui Pertumbuhan Konsumen Digital
Pertumbuhan
jumlah konsumen digital yang pesat berbanding lurus dengan pertumbuhan belanja
digital. Namun, tren peningkatan belanja online
yang signifikan juga akan meningkatkan pertumbuhan belanja online yang tinggi di kawasan Asia
Tenggara. Pada tahun 2015, setiap konsumen membelanjakan 60 USD per tahun
secara online, kemudian meningkat
pada tahun 2018 menjadi 124 USD per tahun, dan angka ini diprediksi naik 3 kali
lipat pada tahun 2025 menjadi 392 USD per tahun. Pertumbuhan 3 kali lipat ini
tentu mengalahkan pertumbuhan konsumen digital pada angka 1,2 kali. Ini
berarti, konsumen digital kedepannya akan lebih sering memilih belanja secara online.
Belanja Online Akan Dipengaruhi oleh Pengalaman “Penemuan” Produk secara
Digital
Tumbuh pesatnya
konsumsi yang ditopang oleh teknologi informasi digital ternyata berpengaruh
pada perilaku konsumen tipe baru. Sebanyak 70 persen konsumen digital hampir
tidak mengetahui apa yang mereka cari ketika mereka berselancar di internet.
Hal ini akan membuat konsumen ini terus berselancar sampai mereka “menemukan”
produk dan barang kebutuhan mereka, hal ini-lah yang disebut sebagai purchase
journey. Secara langsung, ini juga telah menjadi implikasi yang mendalam
terhadap bagaimana bisnis harus mudah ditemukan secara online untuk dapat meraih tipe konsumen baru ini. Oleh karena itu,
kehadiran secara digital sebuah bisnis akan menentukan bagaimana mereka dapat
beradaptasi pada konsumen jenis baru ini.
Perbandingan Omni-Channel merupakan Bagian dari Purchase Journey
Purchase Journey adalah perjalanan berselancar seorang konsumen digital untuk menemukan
barang dan produk secara online.
Pengalaman ini-lah yang banyak menentukan keputusan seorang konsumen digital
untuk membeli sebuah produk. Konsumen digital ini ternyata sangat tidak loyal
pada sebuah channel maupun brand. Sebanyak 68 persen dari mereka
aktif membandingkan channel dan brand dalam menentukan keputusan
pembelian. Bahkan sepertiga dari mereka akan mengecek keberadaan toko fisik
dari brand yang mereka temukan di Internet. Perbandingan Omni-Channel
ini merupakan tahapan penting dari keputusan pembelian mereka.
Dalam surveynya,
Facebook mengungkapkan bahwa konsumen digital ini berbelanja pada rata-rata 3,8
website berbeda dan toko online yang
berbeda. Implikasi dari fakta ini tentu adalah implikasi pasar yang terpecah.
Artinya brand besar belum tentu akan menguasai pasar yang dihuni oleh
konsumen digital. Brand kecil masih memiliki harapan besar untuk
mendorong brand-nya kepada pasar ini.
Media Sosial Menjadi Faktor Utama dari Pengalaman Penemuan dan Purchase
Journey
Indonesia
merupakan negara yang dengan penuh dengan akses internet. Sebanyak 7 jam 43
menit dari waktu sehari digunakan oleh penduduk Indonesia untuk mengakses internet.
Masyarakat Indonesia juga mengakses internet melalui ponsel, dan hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara ke 5 dengan akses internet lewat ponsel
terbesar di dunia. Tidak mengherankan jika penemuan di media sosial merupakan
faktor utama brand Anda dikenal oleh masyarakat, karena 80 persen waktu
yang dihabiskan masyarakat Indonesia berada pada media sosial. Hal ini-lah yang
menyebabkan media sosial menjadi ajang promosi dan iklan terbesar yang disasar
oleh berbagai brand ternama dunia. Sebut saja Youtube, Facebook,
Instagram, dan Twitter. (ADR)