Facebook – Media sosial terbesar saat ini Facebook atau Meta mengonfirmasi penurunan jumlah pengguna sekaligus followers-nya untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Hal ini terungkap dalam laporan kuartal 4 pada 2022 beberapa saat yang lalu. Dalam laporan tersebut perusahaan itu mengungkap mereka memiliki 1,929 miliar pengguna aktif harian.
Padahal pada laporan kuartal sebelumnya, jumlah pengguna aktif harian Facebook mencapai 1,93 miliar pengguna.
Artinya terjadi penurunan pengguna meskipun dalam jumlah sangat kecil. Penurunan ini terjadi untuk pertama kalinya sepanjang sejarah media sosial tersebut.
Dalam laporan-laporan yang dirilis sebelumnya, jumlah pengguna media sosial Facebook selalu terkonfirmasi naik.
Tapi realitasnya, memang pengguna media sosial satu ini selalu turun naik dengan tren kenaikan yang cukup konsisten.
“Penurunan apapun di masa mendatang dalam ukuran jumlah pengguna aktif kami mungkin berdampak secara buruk terhadap kemampuan kami untuk memberikan impresi iklan, dan pada akhirnya, kinerja finansial kami,” tulis induk perusahaan Facebook, Meta dalam laporan mereka seperti dikutip Nata Connexindo pada Senin 7 Februari 2022.
Penurunan ini menandakan dominasi Facebook di dunia media sosial mulai terancam oleh kehadiran media sosial lain.
Penurunan pengguna Facebook ini berimbas pada jatuhnya harga saham Meta di bursa saham yang cukup dalam hingga 26 persen.
Penurunan yang jika diterjemahkan menjadi nilai mata uang ini menjadi sangat fantastis, karena mampu mencapai angka USD 237 Milyar atau Rp 3,4 kuadriliun.
Penurunan ini juga mendepak Mark Zuckerberg dari jajaran 10 orang terkaya di dunia.
Ada beberapa penyebab yang membuat Meta dan Facebook kehilangan penggunanya. Nata Connexindo Digital Marketing Properti Indonesia akan membahasnya di sini.
Penyebab Facebook Kehilangan Pengguna dan Merugi
Perubahan Aturan Privasi Apple
Pada 2021 yang lalu, Apple memperkenalkan aturan privasi terbaru App Tracking Transparency (ATT).
Hal tersebut membuat pengguna iPhone punya pilihan untuk memberikan kemampuan pemantauan aktivitas online pada aplikasi seperti Facebook.
Pixel Facebook sangat bergantung pada tracking events yang dilakukan di sebuah website, sehingga aturan privasi baru ini membuat iklan tertarget Facebook menjadi kurang efektif.
Akibatnya, kebijakan tersebut membuat rugi aplikasi seperti Facebook pada iklan bertarget perusahaan.
Perusahaan juga mengkritik kebijakan itu. Bahkan Meta memprediksi kebijakan itu akan merugikan perusahaan hingga US$10 miliar (Rp 143,8 triliun).
Tik Tok vs Reels
Dominasi konten video pendek yang sebelumnya dikuasai Tik Tok pada akhirnya dimasuki oleh Meta dan Instagram melalui rilis fitur terbaru mereka bernama Reels.
Bahkan, CEO Mark Zuckerberg telah mengakui sejak lama bahwa Tiktok merupakan pesaing yang tangguh.
Aplikasi berasal dari China itu berkembang dan punya satu miliar pengguna, dan jadi ancaman untuk aplikasi Meta terutama Instagram.
Untuk mengantisipasi persaingan sengit di masa depan, akhirnya Meta memutuskan untuk bertarung head to head dengan Tik Tok.
Meta mengkloning Tiktok menjadi salah satu fitur di Instagram bernama Reels. Menurut Zuckerberg, fitur itu menjadi pendorong keterlibatan nomor satu di seluruh aplikasi.
Masalahnya Reels tidak menjadi tempat yang bisa menghasilkan uang seefektif fitur Instagram lainnya, seperti Stories dan Feed.
Fitur itu lebih lambat menghasilkan uang dari iklan video, karena orang cenderung melewatinya. Artinya semakin Instagram mendorong orang menggunakan Reels makin sedikit uang yang dihasilkan.
Pangsa Pasar Iklan Digital yang Diambil Google
Kembali pada kebijakan Apple tentang transparansi privasi, perubahan tersebut membuat banyak pengiklan beralih ke Google.
Google ternyata mendapatkan rekor keuntungan dari penjualan terutama iklan pencarian e-commerce. Tidak seperti Meta, Google tak terlalu bergantung pada Apple untuk data pengguna.
Kepala Keuangan Meta, David Wehner mengatakan Google kemungkinan punya "data pihak ketiga yang jauh lebih banyak untuk pengukuran dan pengoptimalan" dibandingkan platform iklan Meta.
Fokus Pada Metaverse
Baru-baru ini, Mark Zuckerberg juga mengumumkan kepada publik pergantian nama Facebook menjadi Meta dan alih fokus perusahaannya kepada pengembangan Metaverse.
Fokus Meta memang ada di tangan Metaverse, dan Zuckerberg percaya teknologi itu jadi generasi berikutnya dari internet.
Pengeluaran perusahaan tak main-main mencapai lebih dari US$10 miliar pada tahun lalu. Bahkan Zuckerberg berharap dapat menghabiskan lebih banyak uang lagi di masa depan untuk Metaverse.
Demikianlah beberapa penyebab yang disinyalir membuat pengguna Facebook menurun dalam laporan kuartal 4 pada 2021. Ikuti terus Blog Nata Connexindo, Digital Marketing Properti Indonesia untuk informasi seputar marketing, teknologi digital, dan properti. (ADR)