Nataconnexindo.com, Tangerang – Pada awal tahun ini, semua pihak optimis bahwa Pandemi akan segera berakhir bersamaan dengan distribusi vaksin ke seluruh wilayah Indonesia. Namun, di awal trimester ke II di bulan Juli semua pihak tersentak dengan terus meningginya kasus COVID-19. Hal tersebut membuat Pemerintah harus mengambil tindakan sulit berupa Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dilanjutkan dengan PPKM level I-IV.
Di sektor Properti, kebijakan tersebut dikhawatirkan akan merusak momentum pemulihan yang sudah mulai berjalan akibat penerapan kebijakan pemotongan insentif PPN hingga 100% dan pelonggaran loan to value (LTV) yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI). Namun, selama semester I tahun 2021 ini, data menunjukan pemulihan sektor properti terus berjalah seolah tak terpengaruh oleh kebijakan PPKM.
Sepanjang semester I 2021 bisnis properti mulai pulih. Data 99 Group, induk platform properti 99.co, Rumah123.com, iProperty.com.sg, dan Singapore Real Estate Exchange (SRX) mencatat minat kepemilikan properti naik signifikan dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Kenaikan tersebut menandai terus pulihnya kepercayaan masyarakat untuk membeli produk properti. Tidak hanya hal tersebut, harga properti juga ikut terdongkrak seiring tingginya minat masyarakat terhadap produk properti. Sepanjang kuartal kedua 2021, indeks RIPMI berada pada angka 112,8. Indeks ini naik sebesar 2,24 persen dibanding kuartal pertama 2021 (qoq). Sementara secara tahunan (yoy), kenaikannya sebesar 1,97 persen.
Tentu saja hal ini menjadi salah satu kabar yang sangat baik ditengah kekhawatiran Pengembang Properti. Namun, pertumbuhan sektor properti tersebut masih didorong terutama oleh sektor perumahan tapak.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu menyampaikan indikator-indikator terkait perumahan yang menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal II-2021 didorong kebijakan stimulus dan subsidi yang diluncurkan pemerintah, yaitu insentif PPN DTP properti, pelonggaran Loan to Value (LTV) Ratio, penurunan risiko Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), subsidi bunga, serta penurunan kasus Covid-19 dan percepatan vaksinasi yang memulihkan kepercayaan masyarakat.
Hal senada diungkapkan oleh Deputi CEO 99.co Wasudewan dalam webinar bertajuk 99 Group Quarterly Marketing Analysis: Cerdas Beli Properti untuk Investasi. Dia mengatakan bahwa Minat pembelian properti pada semester I 2021 meningkat sebesar 40,5% dan minat penyewaan naik 25,40%.
Pertumbuhan ini juga dirasakan oleh Bank penyalur KPR seperti Bank Negara Indonesia (BNI). Seperti yang diutarakan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, realisasi BNI Griya per semester satu 2021 tumbuh cukup baik, yakni dengan mencatatkan angka sebesar 6% secara year on year (yoy).
Direktur Bisnis Konsumer BNI, Corina Leyla Karnalies mengatakan, pertumbuhan ditopang oleh KPR Subsidi yang tumbuh dobel digit. Hal ini karena adanya penawaran suku bunga rendah dan fixed selama 3,5 tahun dan 10 tahun, serta program stimulus dari pemerintah seperti DP 0% dan pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN).
Data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukan hal yang sama. Di saat kredit perbankan secara nasional masih kontraksi 1,28% secara year on year (YoY) pada Mei 2021, BI mencatat bahwa KPR justru mampu tumbuh positif 6,61% YoY.
Pengembang Harus Gencarkan Promosi Secara Digital
Data-data yang menunjukan pertumbuhan tersebut tentu harus dimanfaatkan oleh Pengembang Properti untuk terus memberikan informasi properti kepada masyarakat meskipun mobilitas masih sangat terbatas.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi keterbatasan mobilitas tersebut adalah strategi digital marketing. Apalagi konsumen sektor properti saat ini didominasi oleh generasi millennial hingga 55%. Generasi ini merupakan generasi yang paling aktif berselancar dan mencari informasi di dunia digital.
Kesempatan untuk meraih konumen dominan secara digital ini menjadi kunci utama Pengembang Properti untuk terus meningkatkan penjualannya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,2 juta jiwa pada September 2020. Jumlah penduduk Indonesia juga bertambah sebanyak 32,56 juta dalam 10 tahun terakhir. Secara rata-rata, jumlah penduduk tersebut bertambah 3,26 juta atau 1,25 poin persentase setiap tahun.
Dalam data tersebut tercatat 136,66 juta orang atau 50,58% untuk penduduk laki-laki, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 133,54 juta orang atau 49,42%. Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Indonesia adalah 102. Artinya, terdapat 102 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di Indonesia pada 2020.
Berdasarkan usia, hasil sensus menunjukkan mayoritas penduduk Indonesia adalah generasi Z atau lahir pada 1997–2012 dan generasi milenial atau kelahiran 1981–1996. Proporsi generasi Z tercatat 27,94% dari total populasi, sedangkan generasi milenial 25,87%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase penduduk usia produktif atau usia 15–64 tahun mencapai 70,72% dari total populasi. Sementara persentase penduduk usia nonproduktif 0–14 tahun dan 65 tahun ke atas hanya 29,28%. Besarnya porsi penduduk usia produktif juga menunjukkan Indonesia masih berada pada era bonus demografi.
Jadi tunggu apa lagi? Pengembang Properti harus mulai menggencarkan promosi secara digital bersama Nata Connexindo. (ADR)