Nataconnexindo.com, Tangerang – Arus digitalisasi yang kuat memaksa setiap elemen kehidupan untuk beradaptasi. Demikian juga dengan kehidupan di sektor properti. Era digital mendorong sektor properti untuk beradaptasi dengan melakukan pemasaran online dan offline sekaligus.
Strategi pemasaran online dan offline merupakan strategi omnichannel yang paling sesuai dengan era digital seperti saat ini. Hal ini menyusul data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada 2021 yang menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 202,6 juta orang.
Pengguna Internet yang terus berkembang tersebut menandakan bahwa konsumen hari ini memiliki dua channel berbeda untuk mendapatkan informasi. Hal ini senada dengan VP Corporate Sales Lamudi Michael Ignetius Kauw yang mengatakan bahwa semakin tereksposnya kaum milenial dan generasi Z terhadap perkembangan teknologi digital menjadi tantangan sendiri untuk para pengembang properti.
Penerapan omnichannel memastikan calon konsumen untuk mendapatkan exposure secara konsisten pada berbagai channel yang dikonsumsinya. Dengan tetap menyamakan titik penjualan pada setiap channel, identitas brand akan berdiri kokoh di dalam persepsi konsumen.
Omnichannel marketing menitikberatkan pada implementasi strategi pemasaran kombinasi secara online dan in-store. Terhubung dengan satu branding narasi yang konsisten. Dalam omnichannel marketing, strategi periklanan terintegrasi dan berfokus pada pengalaman konsumen dibandingkan kuantitas. Intinya strategi ini mengedepankan kemudahan proses pencarian properti.
Strategi Omnichannel Marketing di Sektor Properti
Sektor properti terus menunjukkan keperkasaannya dengan terus tumbuh bahkan di masa Pandemi. Hal ini disebabkan salah satunya oleh penerapan strategi omnichannel marketing yang adaptif dan sesuai dengan demografi konsumen properti hari ini.
Berdasarkan riset Lamudi mengenai Tren Pasar Properti Semester I-2021, demografi pencari properti usia 25-45 tahun meningkat dalam lima tahun terakhir. Dengan kelompok usia terbanyak 25-34 tahun. Demografi tersebut merupakan demografi masyarakat yang sangat akrab dengan Internet yaitu kaum milenial dan gen Z.
Salah satu karakter utama dari demografi ini adalah mereka menginginkan kemudahan dalam setiap proses perjalanan pembelian properti mulai dari pencarian hingga pembelian. Oleh karena itu, demografi ini selalu menginginkan kemudahan informasi dan komunikasi.
Meningkatnya preferensi para pengembang properti terhadap metode pemasaran hybrid (offline dan online) menunjukkan bahwa industri properti Indonesia makin terbuka terhadap penggunaan teknologi untuk meningkatkan layanannya. Apalagi Skema Roadmap Digital Indonesia 2021-2024 yang dikeluarkan oleh Kemenkominfo telah mengategorikan industri real estat sebagai sektor ekonomi prioritas.
Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Theresia Rustandi menyampaikan, pelaku industri properti sudah semestinya beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital. Oleh karena itu, Pengembang Properti terus didorong untuk memanfaatkan channel digital sebagai salah satu strategi pemasarannya. (ADR)