Nataconnexindo.com, Tangerang – Perubahan memang selalu terjadi setiap saat, namun akibat Pandemi COVID-19 perubahan tersebut semakin cepat terjadi. Banyak perubahan yang dirasakan akibat pengaruh Pandemi yang berkepanjangan. Mulai dari perubahan cara hidup, bekerja, hingga perubahan mencari rumah.
Ya! Pandemi ternyata memberikan dampak yang signifikan dari cara orang mencari rumah. Kebiasaan-kebiasaan baru yang timbul selama Pandemi ditengarai memberikan dampak yang cukup signifikan pada minat dan selera rumah masyarakat.
Berbagai kebiasaan baru seperti kebiasaan work from home, berbelanja lewat aplikasi, berkomunikasi melalui platform digital membuat sebagian orang mencari rumah di kawasan pinggiran kota yang lebih asri, tenang, dan damai. Pergeseran orientasi rumah dari pusat kota ke kawasan pinggiran ini jadi tren baru masyarakat terutama mereka yang sedang mencari rumah baru.
Kecenderungan baru ini sangat penting untuk diketahiui dan dipelajari pelaku bisnis properti. Perubahan sekecil apapun akan sangat mempengaruhi strateg bisnis mulai dari penyiapan produk perumahan hingga proses pemasarannya. Informasi-informasi tersebut akan berguna agar bisnis dapat beradaptasi dengan cepat di tengah perubahan yang terjadi secara cepat dan measif.
Apa saja perubahan yang terjadi pada minat dan pencarian rumah masyarakat selama Pandemi? Simak selengkapnya di sini.
Bergesernya Minat Rumah dari Pusat Kota ke Pinggiran Kota
Kecenderungan untuk mencari tempat tinggal yang lebih nyaman dengan cara bergeser ke lokasi yang tidak terlalu padat penduduk sedang terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Berbagai alasan dikemukakan oleh para pencari rumah baru ini. Selain bisa mencari ketenangan dalam bekerja, harga hunian juga lebih terjangkau. Untuk Jakarta, tidak sedikit yang memilih tinggal di kota penyangga seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto kepada CNBC Indonesia mengatakan bahwa pandemi membuat orang bisa bekerja di rumah, ini membuat pola baru atau kebiasaan baru bagi masyarakat bahwa kerja bisa dilakukan dari rumah. Kebiasaan baru work from home membuat masyarakat menyadari efisiensi yang didapatkan dengan cara bekerja dari rumah. Hal tersebut tentu membuat jarak ke tempat kerja menjadi tidak relevan lagi.
Tidak hanya soal jarak yang tidak lagi relevan, masyarakat pencari rumah juga menitikberatkan kriteria rumahnya dari sudut pandang kesehatan. Rumah yang cukup jauh dari pusat kota dianggap memiliki lingkungan yang lebih asri dan segar sehingga mempengaruhi kesehatan penghuninya. Kebutuhan akan lingkungan perumahan yang sehat pada akhirnya mulai menggantikan kebutuhan jarak rumah ke tempat kerja.
Pencarian Rumah Secara Online Meningkat
Selain kriteria dan minat rumah yang mulai bergeser ke kawasan pinggiran kota, cara masyarakat mencari rumah pun mulai bergeser dari offline ke online. Hal ini seperti diungkapkan oleh Country Manager Rumah123.com Maria Herawati Manik yang mengatakan bahwa ada kenaikan durasi kunjungan ke Rumah123 dari April ke Agustus. Menurutnya, hal ini menunjukkan peningkatan minat untuk membeli properti pada masa pandemi Covid-19.
Peningkatan tren pencarian rumah tidak hanya terjadi pada portal-portal atau platform yang khusus menyediakan berbagai iklan properti namun juga secara umum terjadi pada platform digital lainnya. Salah satunya adalah pada tren pencarian di mesin pencari seperti Google dan Bing.
Menurut riset yang dilakukan 99.co dan Rumah123 terjadi peningkatan pencarian rumah pada tahun 2020 dan 2021 dibandingkan dengan tahun 2018 dan 2019. Salah satu variabel yang dikaji adalah pencarian rumah secara online menggunakan kata kunci "rumah dijual" sepanjang tahun 2018-2020.
Hasilnya, pada kurun 2018 dan 2019, pencarian dengan kata kunci tersebut menunjukkan kemiripan. Namun, pencarian dengan kata kunci ini meningkat pada tahun 2020. Pada awal tahun 2020, tren pencarian rumah dijual menunjukkan kenaikan. Kenaikan pencarian pada kata kunci tersebut mulai naik pada pertengahan bulan Mei 2021 yang lalu seiring dengan kebijakan-kebijakan dan insentif yang dikucurkan pemerintah. Pada pertengahan bulan Mei yang lalu pencarian daring dengan keyword ini meningkat sebesar 48 persen secara tahunan (year on year) dibandingkan pada tahun 2020 dan 2019.
Pencari Rumah dari Segmen Menengah Kebawah Naik Tajam
Selama Pandemi masyarakat pencari rumah yang berasal dari segmen menengah ke bawah juga turut naik tajam. Hal ini seperti ditunjukan dari riset yang dilakukan oleh 99.co dan Rumah123 di atas. Riset tersebut juga mengkaji variabel lainnya yang meliputi aspek demografis, kemampuan finansial, hingga urgensi konsumen atas hunian dengan survei.
Secara demografis, sebanyak 62 persen peserta yang disurvei berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Selain itu, sebanyak 66 persen peserta berusia antara 21-40 tahun. Sementara, sebanyak 57 persen memiliki pendapatan di bawah Rp 10 juta, dan 25 persen peserta berpendapatan di atas Rp 20 juta. Dari jumlah total peserta yang disurvei, sebanyak 76 persen di antaranya merupakan calon konsumen yang saat ini sedang mencari properti.
Hasil dari survei tersebut menunjukan bahwa sebanyak 26 persen responden mencari properti dengan kisaran harga antara Rp 1 miliar-Rp 2 miliar. Selanjutnya, sebanyak 15 persen peserta survei mencari properti dengan harga Rp 750 juta-Rp 1 miliar, dan 26 persen sisanya mencari hunian dengan rentang harga Rp 250 juta-Rp 500 juta.
Dengan berbagai data dan perubahan tersebut, pelaku bisnis properti dituntut harus mampu menyediakan produk properti dengan kualitas yang baik namun tetap ramah terhadap segmen menengah ke kabawah. Dari segi promosi, Pengembang Properti juga harus mampu menjangkau audiens secara online dibandingkan dengan audiens offline. (ADR)