Nataconnexindo.com, Tanggerang – Pandemi yang melanda dunia memberikan berbagai tekanan pada sektor ekonomi terutama pada sektor properti dan retail. Penurunan daya beli masyakat dan pelarangan mobilitas tentu mematikan banyak sektor terutama di sektor properti dan retail seperti perhotelan, pusat perbelanjaan, ruang-ruang usaha, dan lain sebagainya.
Namun pada awal tahun 2021 yang lalu, optimisme akan pulihnya kondisi ekonomi digaungkan semua pihak. Pada sektor properti, Pemerintah Indonesia bersama dengan berbagai stakeholder lainnya mengucurkan beragam insentif dan stimulus.
Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) untuk kredit properti dan KKB sebesar 100 persen yang berlaku efektif 1 Maret 2021 sampai dengan 31 Desember 2021. Hal ini membuat Bank penyedia KPR dapat memberikan layanan KPR dengan DP 0% saja.
Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 7,07%, Apa Dampaknya Pada Sektor Properti?
Selain itu, Bank Indonesia juga terus mempertahankan suku Bungan minimum pada angka 3,5 persen sehingga suku bunga KPR dapat ditekan seminimal mungkin. Pemerintah Indonesia juga memberikan insentif keringanan pajak berupa pemotongan PPN hingga 50% untuk properti bernilai 2 Milyar hingga 5 Milyar, dan PPN 0% properti di bawah 2 Milyar.
Semua kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat pada berbagai produk properti memberikan dampak yang cukup baik di sektor properti. Hal ini nampak dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Bali.
Penjualan Properti Triwulan I dan II 2021 Tumbuh Positif
Pada triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia menemukan bahwa harga properti residensial cenderung tumbuh meskipun cukup lambat. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan penjualan properti residensial meningkat pada triwulan I 2021. Hal ini tercermin dari penjualan properti residensial yang tumbuh 13,95% (yoy), meningkat dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 20,59% (yoy). Peningkatan penjualan properti residensial tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah.
Dari sisi harga, hasil survei mengindikasikan harga properti residensial tumbuh terbatas pada triwulan I 2021. Perkembangan ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan I 2021 yang tercatat sebesar 1,35% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,43% (yoy). Harga properti residensial primer diperkirakan masih tumbuh terbatas pada triwulan II 2021 sebesar 1,10% (yoy).
Berdasarkan sumber pembiayaan, hasil survei menunjukkan pengembang masih mengandalkan sumber dari nonperbankan untuk pembiayaan pembangunan properti residensial. Pada triwulan I 2021, pembiayaan pembangunan properti yang bersumber dari dana internal pengembang mencapai 65,45% dari total kebutuhan modal. Dari sisi konsumen, fasilitas KPR menjadi preferensi utama sumber pembiayaan dalam pembelian properti residensial dengan pangsa mencapai 73,67% dari total pembiayaan.
Begitu juga pada triwulan ke II yang masih menunjukan tren kenaikan yang positif. Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan hal ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II yang tercatat sebesar 1,49 persen. Capaian tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 1,35 persen.
Pengembang Properti Gencarkan Promosi
Dari fakta yang diungkapkan oleh survei Bank Indonesia (BI), dapat diketahui bahwa kendala penjualan properti sesungguhnya bukan sepenuhnya terletak pada kemampuan atau daya beli masyarakat yang menurun namun juga disumbang oleh pembatasan kegiatan yang menyebabkan kegiatan promosi terhambat.
Kegiatan dan mobilitas masyarakat yang terhambat membuat mereka mencari jalan lain untuk mengetahui berbagai informasi termasuk informasi produk properti terbaru. Salah satu saluran yang menjadi andalan masyarakat ketika kegiatan dibatasi adalah media digital dan Internet.
Hal ini tercermin dari data yang menunjukan peningkatan traffic di berbagai platform digital. Yang menarik, di situasi ini trafik pengunjung yang mencari rumah dijual di berbagai platform digital yang berkaitan dengan properti mengalami kenaikan rata-rata hingga 40% pada kuartal pertama 2021 jika dibandingkan kuartal keempat 2020.
Sementara jika dibandingkan dengan pencarian pada masa Covid-19 (setelah 16 Maret 2020) dengan sebelum Covid-19 (Januari-15 Maret 2020), kenaikannya sudah sebesar 5%. Peningkatan secara kuartalan juga ditunjukkan dari jumlah pengunjung yang melihat halaman detail listing properti, yakni sebesar 36%.
Lebih spesifik, pengunjung yang menunjukkan ketertarikannya (leads) mengalami kenaikan sebesar 16% untuk properti dijual saja. Sedang untuk wilayah pencarian favorit saat ini DKI Jakarta paling banyak yang cari, sebanyak 33%, disusul Jawa Barat 31%, Banten 14%, dan Jawa Timur 8%.
Oleh karena itu, Pengembang Properti yang ingin meraih konsumen mereka secara Digital harus mulai menggunakan strategi digital marketing untuk promosi properti mulai dari sekarang. (ADR)